Saturday, July 9, 2016

Mengelola hinaan dan cercaan untuk bangkit sukses

Bagaimana kita mengalahkan hinaan, cercaan, atau perlakuan buruk orang lain? Maksud mengalahkan disini tentu bukan mengalahkan orang yang menghina kita. Meski terkadang ini dibutuhkan, tetapi jangan hanya itu.

Pengertian mengalahkan yang sangat penting adalah mengalakan perasaan negatif yang kita ciptakan sendiri atas diri kita setelah kita dihina, dilecehkan, atau diperlakukan secara tidak fair menurut kita.

Dari pengalaman pribadi saya, yang perlu kita lakukan adalah memilah. Ini yang pertama. Tidak semua omongan orang pantas kita pikirkan siang dan malam. Meskipun begitu, tidak semua juga pantas kita abaikan atau kita cuekin. Ada omongan yang pantas kita perhatikan dan ada juga yang pantas kita abaikan.

Ada yang mengatakan, penyebab kegagalan seseorang adalah mendengarkan semua omongan orang lain seperti, dalam keadaan seperti apa, dan keluar dari mulut orang seperti apa, apa yang patut kita dengarkan dan yang tidak patut kita dengarkan, untuk kita jadikan bahan memotivasi diri.

Kalau kita gagal memilih dan memilah, mungkin kita akan bernasip seperti kisah seorang ayah dan anaknya yang membawa keledai. Karena si ayah terlalu mendengarkan omongan orang, akhirnya urusan berantakan.

Ketika mereka bertemu si A, si A ini ngomong begini, “kok keledainya tidak dinaikin?” ketika si ayah naik di atas keledai, lalu si B ngomong, “tega amat orang tua membiarkan anaknya berjalan, sementara dirinya naik keledai.”

Ketika si anak naik, lalu si C ngomong, “kurang ajar banget si anak itu, membiarkan orang tuanya berjalan kaki sementara dirinya naik keledai.” ketika si ayah dan si anak naik bersamaan, lalu si D ngomong, “benar-benar nggak punya hati nurani. Masa satu keledai di naiki dua orang.”

Kira-kira begitulh gambaran mengenai omongan yang keluar dari mulut orang lain tentang kita. Ada orang yang memang tak punya tujuan apa-apa kecuali hanya ingin ngomong, meskipun itu bernad anegatif atau merendahkan.

Di samping itu, ada juga omongan yang memang benar-benar dimaksudkan untuk kebaikan kita, meskipun nadanya kurang enak di telinga. Intinya, jangan semua orang lain itu “dimasukin hati”, tetapi jangan juga semua diabaikan.

Setelah memilih, barulah kita kemudian menanyakan. Ini langkah kedua. Kita perlu memunculkan pertanyaan positif yang dapat kita gunakan untuk mempositifkan diri kita. Misalnya, pelajaran apa yang bisa saya ambil dari omongan orang yang bernada menghina atau merendahkan itu untuk memperbaiki diri saya?

Dengan memunculkan pertanyaan positif, maka akan menyelamatkan kita dari cengkeraman perasaan negatif tentang diri sendiri gara-gara mendengarkan omongan negatif. Orang lain tentang kita. Jangan membiarkn omongan negatif oarang lain menjadi kenyataan di dalam diri kita.

Jangan juga memunculkan pertanyaan negatif gara-gara telinga kita mendengarkan omongan negatif orang. Pertanyaan negatif akan mendorong kita memunculkan jawaban negatif. Jawabannegatif akan mendorong kita melakukan hal yang negatif.

Jangan juga memunculkan pertanyaan lemah, yang bernada mengharapkan orang lain mengubah perlakuan dan omongannya tentang kita, sesuai kehendak kita. Orang lain bisa ngomong apa saja di depan atau di belakang kita di luar kontrol kita

Oleh karena itu, yang paling penting bukan mengubah orang lain, tetapi menjadikan omongan orang lain sebagai materi untuk mengubah diri sendiri supaya lebih baik, inilah jalan yang paling mudah untuk mengubah persepsi orang lain terhadap kita.

Setelah memilih dan memunculkan pertanyaan, maka yang terakhir adalah menggunakan. Gunakanlah omongan orang lain untuk mendorong anda, menjadi sumber motivasi, melalui sebuah program yang riil dan terukur. Di samping itu, ingatlah tiga hal di bawah ini :

Pertama, jangan berkampanye di depan sembarang orang tentang apa yang anda inginkan.

Berkampanyelah hanya di depan orang-orang yang bisa mendukung anda. Ada orang yang punya perhatin bagus terhadap penderitaan kita, tetapi punya iri yang besar terhadap keberhasilan kita.

Ada orang yang tak punya perhatian terhadap penderitaan kita, tetapi punya dukungan terhadap keberhasilan kita. Ada orang yang mendukung keberhasilan kita dan punya perhatian terhadap penderitaan kita, dan lain-lain yang macam dan jenisnya tidak bisa di sebut satu persatu.

Kedua, jangan melakukan sesuatu hanya demi dendam atas orang lain.

Karena ini akan membuat kita menjadikan orang lain sebagai kiblat atau pengontrol langkah kita. Lakukan sesuatu demi perbaikan diri sendiri sesuai tujuan yang sudah kita tetapkan, syukur-syukur bisa menjadi inspirator dan motivator bagi perbaikan orang lain.

Ketiga, tetap menjaga keserasian.

Keteraturan dan kecocokan dalam menggunakan energi itu. Tetapi melihat ke dalam, mengukur diri, dan memedomani tujuan. Terlalu berlebihan bila kita mendadak ingin menjadi penguasaha gara-gara ada omongan orang lain yang mengatakan bahwa kita sudah terlalu lama menjadi karyawan tanpa kita perhitungkan relevansi, kecocokan, dan ukuran dari kepastian kita.

Kata bijak :
“Karena kosentrasinya bukan lagi pada peningkatan keahlian dan kualitas bermain, maka baik kemenangan atau kekalahannya menjadi demotivator bagi kemajuan kariernya.”

No comments:

Post a Comment