Monday, July 4, 2016

Dalam meraih sukses Jangan ada kegagalan mundur

Meski kegagalan itu telah banyak mengajarkan orang untuk meraih kesuksesan, namun dalam praktiknya tidak sedikit yang justru semmakin gagal setelah mengalami kegagalan itu menjadi demotivator. Jangan sampai kegagalan itu menghancurkan kita.

Sebaliknya, kita harus menciptakan kegagalan maju (failing forward). Menurut john maxwell, penulis dan trainer leadership dari Amerika : kegagalan maju adalah kemampuan seseorang untuk bangkit kembali setelah ambruk, kemampuan mempelajari kegagalan atau melangkah lagi menuju arah yang lebih bagus.

Lalu, apakah yang dimaksud dengan kegagalan mundur? Yaitu ketika menggunakan kegagalan yang menimpa usaha kita sebagai materi yang membuat kita makin gagal, makin mundur, atau makin hancur, cirinya yang paling menonjol adalah :

Pertama, menolak tanggung jawab atau membiarkan.

Biasanya, penolakan itu kita lakukan dalam bentuk kesimpulan batin dimana yang bertanggung jawab atas kegagalan bukanlah kita melainkan pihak lain.

Washington irvin menyimpulkan bahwa 90 persenkegagalan kita disebabkan karena kita membiarkan tanggung jawab kita (self-excuse). Kita menolak mengoreksi, menolak untuk bangkit lagi, dan seterusnya.

Kedua, mengulangi kesalahan yang sama.

Mengapa kesalahan yang sama terulang? Jawabnya karena mereka enggan mempelajari kesalahan dan enggan menciptakan perubahan.

Nabi muhammad berpesan bahwa tindakan yang bagus dari orang yang berbuat salah adalah menarik diri dari kesalahan itu (at-tawabun). Caranya tentu bermacam-macam, misalnya mempelajari dan berkomitmen untuk tidak mengulangi.

Anda bisa lihat, semua orang penah salah. Perbedaan sejati antara orang-orang yang biasa-biasa dan orang luar biasa adalah persepsi dan respon mereka terhadap keasalan. Kata dale Carnegie, seorang motivator terkenal, “orang berprestasi akan mendapaatkan keuntungan dari kesalahanya dan mencoba lagi dengan cara yang berbeda.

Ketiga, berharap mudah-mudahan cukup sekali ini saya gagal, cukup sekali ini rugi, atau cukup sekali ini salah.

Harapan demikian tidak sejalan dengan sunatullah dan tidak rasional. Meskipun kita dilarang berharap gagal, rugi dan salah, bahkan tidak boleh menganggab enteng atau menganggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa, tetapi kalau kita sudah mentok harapan itu, maka biasanya ini punya konsekuensi takut melangkah.

Hindarilah kegagalan sejauh munggkin, tetapi jangan takut melangkah. Hindarilah kerugian, tetapi jangan kapok berbuat baik hanya karena pernah rugi. Hindarilah kesalahan, tetapi jangan takut melangkah gara-gara takut salah.

Keempat, terbayang-bayang oleh kegagalan masalalu.

Pengalaman pahit masalalu kita jadikan belenggu yang membatasi, bukan guru yang membimbing kita. Akhirnya, yang membuat kita gagal bukan saja kegagalan masa lalu, tetapi keputusan kita untuk membiarkan diri tenggelam dalam penderitaan dalam masa lalu itu.

Kelima, menggunakan nafsunya untuk menghadapi kegagalan.

Karena nafsu kita angkat sebagai dewa sisalam diri kita, maka ilmu pengetahuan, kesadaran, dan pengalaman kita tumpul, lumpuh, dan kalah oleh nafsu itu.

Imam syafi’i berpesan ; ilmu kita tidak sanggup memberikan petunjuk kalau kita sudah kala oleh nafsu. Para pengusaha yang sudah berhasil mengalahkan tantangan yang menghambat bisnisnya, mereka menggunakan pengetahuan, kesadaran akan tujuan, dan pengalaman untuk menghadapi kegagalan.

Pak bob sadino punya resep menjalankan usaha seperti ini, “Cukup satu langkah awal. Ada kerikil saya singkirkan. Melangkah lagi. Bertemu duri saya sibakkan. Melangkah lagi. Terhadang lubang saya lompati. Melangkah lagi. Bertemu api saya mundur. Melangkah lagi. Berjalan terus dan mengatsi masalah.

No comments:

Post a Comment