Thursday, July 28, 2016

Jangan menjadi korban rasa takut “bila ingin sukses berbisnis”

Sebagian besar kita telah menjadikan ketakutan sebagai demotivator atau menjadi korban dari rasa takut itu. Misalnya, lari karena terancam oleh rasa tersebut. Lari berarti mengandalkan orang lain. Yang demikian itu bisa menjadi demotivator. Mengapa? Orang lain bisa berubah setiap saat tanpa harus minta izin dulu ke kita. Jika mengandalkan mereka maka kecewalah kita.

Kita memng membutuhkan orang lain dan diperinthkan untuk menjalin hubungan dengan orang lain agar sumber keamanan kita bertmbah, tetapi kita dilarang mengandalkan orang lain. Apalagi yang kita andalkan adalah orang itu-itu juga dan hanya itu. Para ahli di bidang karier sudah lama menyarankan agar kita tidak mengandalkan pekerjaan sebagai sumber keamanan (job security) karena kenyatan pekerjaan itu bisa pindah tangan, bisa di ganti, dan bisa hlang dari kita kapan saja dengan sebab-musabab di luar kontrol kita.

Sebagai gantinya, para ahli menyarankan agar kita mengandalkan usaha kita untuk menambah keahlian, pengalaman, pengetahuan, relasi, dan lain-lain pekerjaan yang kita tangani (career security). Tujuannya, agar kita punya banyak pilihan, punya power yang lebih besar, dan punya pejuang yang lebih bagus ketika ada satu pekerjaan yang hilang dari tangan kita, misalnya di PHK, perusahaan bangkrut, terkena bencana dan lain-lain.

Mentalitas mengandalkan adalah problem yang kita ciptakan sendiri. Jadi, mengandalkan dan membutuhkan awalnya diciptakan dari mentalitas kita. Karena itu, para ahli menyarnkan agar kita mengaudit ulang definisi diri yang kita ciptakan untuk diri kita.

Tidak sedikit juga yang menjadikan rasa takut itu untuk berdiam. Karena ditakut-takuti rasa waswas, jangan-jangan nanti gagal, apa jadinya kalau gagal, lantas kita berkesimpulan untuk diam, melakukan hal yang sudah ada saja, atau menjalani pekerjaan apa adanya.

Tidak ada lagi perbedaan antara orang yang mau belajar dan orang yang menolak belajar. Tidak ada perbedaan antara orang yang bekerja keras dengan orang yang malas-malasan. Takut gagal yang kita gunakan untuk menolak kenyatan adanya kegagalan, justru menjadi demotivator.

Jika kegagalan itu kita pelajari, ia akan mencerahkan. Syarat untuk bisa belajar adalah menerimanya sebagai kenyataan lebih dulu. Setelah itu, kita akan terdorong untuk melakukan lagi dengan cara yang lebih bagus.

Kebanyakan manusia menjadi hancur dan malas (demotifator) bukan oleh kegagalan, kesalahan atau kerugian, tetapi karena kesalahan dalam mengartikan dan memaknai hal-hal buruk itu di dalam dirinya.

Yang membuat orang jatuh dan tidak bangkit lagi itu bukan pukulan, seperti kegagalan, kerugin atau semisalnya, melainkan karena orang itu memilih untuk tidak mau bangkit.

MULAILAH MENGUASAI RASA TAKUT

Bagaimana menggali motivasi dari rasa takut yang kita miliki? Sebagai acuan, mungkin kita bisa menjadikan langkah-langkah berikut ini sebagai pembelajaran :

Dorongan menambah sumber keamanan

Jika kita takut pekerjaan yang kita jalani hari ini lepas atau orang yang kita ajak bermitra selama ini aan beralih ke orang lain, maka jadikanlah ketakutan itu untuk menambah sumber keamanan.

Caranya? Kita bisa menambah sumber itu dengan melakukan seperti berikut :
  • Menggali peluan-peluang baru yang bisa kita garap pada hari ini dengan sumber daya yang kita miliki.
  • Memperluas, memperdalam, dan mengaktifkan jaringan kerja (networking), menambah orang yang kita kenal, dan seterusnya.
  • Memperbaiki kualitas, memperkuat daya saing (kompetisi), menambah keahlian (kompetensi)

Dengan melakukan hal-hal di atas, minimalnya keamanan batin kita akan bertambah baik atau setidak-tidaknya tidak membuat kita mrnjadi orang semakin takut oleh ketakutan yang kita biarkan menguasai diri kita. Dengan begitu, kita mendapatkan untung dari rasa takut. Kita mendapatkan pencerahan darinya. Seperti kata Henry ford suatu ketika, “sumber keamanan yang bisa dimiliki oleh seseorang di dunia ini adalah cadangan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan.”

Dorongan menghindari hal-hal buruk

Jika muncul sebuah ketakutan, misalnya takut gagal, takut di gagalkan orang lain, atau takut hal-hal buruk yang tidak kita ketahui, maka ketakutan itu bisa kita gunakan sebagai energi untuk menghindari atau mengantisipasi munculnya hal-hal buruk.

Ketakutan adalah pertanda, instruktur, atau internal detector. Kita ditunjukkan sesuatu yang bisa menyelamatkan kita oleh ketakutan. Dengan cara seperti apa kita bisa menggunakan ketakutan itu? Kita bisa melakukan sebagai berikut :
  • > Menjadikan ketakutan sebagai dorongan untuk menambah persiapan (self-readiness). Takut pada hal-hal yang tidak kita ketahui, hanya bisa diselesaikan dengan mengetahui hal itu. Pengetahuan ini bisa kita dapatkan dari banyak sumber, tergantung sumber yang kita pilih.
  • > Menjadikan ketakutan sebagai dorongan untuk menciptakan alternatif (choice and option). Tkut akan munculnya risiko gagal dari jurus yang kita lancarkan, bisa kita kurangi dengan cara menciptakan jurus cadangan atau jurus alternatif.
  • > Menjadikan ketakutan sebagai dorongan untuk mengantisipasi (to anticipate). Dari pengalaman para atlet, mungkin kita bisa belajar bahwa sakitnya pukulan itu tidak tergantung pada kurang pukulannya, melainkan tergantung pada kemampuan mengantisipasi.
Eleanor Roosevelt menyimpulkan, “saya yakin, setiap orang bisa mengalahkan rasa takut yang menyiksanya dengan cara melakukan sesuatu yang ditakuti untuk sukses, asalkann dirinya terus melakukan sampai berhasil menemukan pengalaman sukses didalam dirinya.”

Dorongan mendobrak kemandekan

Takut kebutuhan akan melonjak, takut gaji tidak cukup untuk menutupi kebutuhan, takut posisi karier kita akan mandek, atau takut akan kelangsungan usaha kita, bisa digunakan untuk mendobrak kemandekan itu.

Cara yang bisa kita tempuh, misalnya saja berikut ini :
  •  > Menjadikan ketakutan sebagai dorongan untuk menambah akal, mengasah kreativitas, memunculkan ide-ide baru yang lebih bagus, dan seterusnya
  • > Menjadikan ketakutan sebagai dorongan untuk menaikkan standar prestasi (pencapaian), entah itu prestasi kerja, usaha, keuangan, dan lain-lain.
  • > Menjadikan ketakutan sebagai dorongan untuk mengalahkan tantangan atau hambatan yang selama ini merintangi langkah kita

Seperti yang dikatakan Anne morrow lindbergh, penulis dan penerbang amerika (1906-2001), “sumber keamanan sejati adalah ketika anda selalu mengembangkan diri, mereformasi diri, dan mengubah diri, yang didorong oleh semangat anti kemapanan.”

Kata motivasi :
“semakin banyak rasa aman yang kamu cari, semakin sedikit yang kamu miliki. Semakin banyak kamu mencari peluang, semakin bisa kamu merasakan adanya keamanan yang kamu inginkan.”
“takut gagal yang kita gunakan untuk menolak kenyataan justru menjadi demotivator.”

No comments:

Post a Comment