Friday, July 1, 2016

Jangan sampai menjadi korban ketidak puasan, motivasi meraih sukses

Bagi orang-orang yang berprestasi tinggi, ketidakpuasa telah dijadikan sebagai dorongan untuk maju (motivator). Namun untuk sebagian besar manusia, yang terjadi tidak begitu. Umumnya, mereka malah menjadikan ketidak puasan sebagai demotivator (penhancur), terlepas apakah itu dilakukanya secara sadar atau tidak.

Akhirnya apa? Rasa tidak puas yang kita gunakan sebagai demotivator akan menghancurkan diri sendiri. Proses yang umum biasanya adalah :
  • > D1 = Dissatisfaction. Anda tidak puas atau tidak mensyukuri keadaan hari ini
  • > D2 = Demotivation. Anda tidak punya gairah untuk mengubah hidup atau meraih prestasi
  • > D3 = Despaer. Anda sering putus asa, mereka tidak berdaya gampang pasrah pada nasib.
Begitu terserang D3 ini, kita akan sulit bahagia, padahal, kebahagiaan tidak diukur dari berapa banyak sesuatu yang anda miliki, tetapi berapa banyak sesuatu yang anda nikmati dari yang anda miliki.

Walaupun punya pekerjaan, tapi kalau tidak ouas dengan pekerjaan itu, mana bisa kita membangun rasa bahagia. Yang ada, pekerjaan itu akan menjadi sumber tressor. Jika ini terus berlanjut, ya kita akan kurang berdaya melawan realitass yang menghambat kita.

Jika ketidak puasan itu anda olah, misalnya menjadi energi pendobrak, pasti hasilnya bagus. Ketidak puasan bisa diolah menjadi inisiatif untuk berubah, lalu menghasilkan perbaikan atau kemajuan. Dengan membaikan kualitas hidup, kita pasti lebih bisa merasa bahagia.

Kembali kesoal korban ketidakpuasan, yang juga jangan sampai kita lakukan terlalu lama atau terlalu sering adalah menjadikanya untuk membangun sebuah penilaian negatif, baik terhadap diri sendiri atau lingkungan.

Penilaian negatif merupakan demotifator, sebab penilaian ini akan menghasilkan opini atau kesimpulan negatif tentang diri sendiri. Penilaian ini akan menghasilkan konsep diri negatif (negative self-consept).

Konsep diri adalah bagaimana anda menyimpulkan diri secara keseluruhan, bagaimana anda melihat konsep secara keseluruhan.

Konsep diri ini ada yang lemah dan ada yang kuat, ada yang positif dan ada yang negatif. Misalnya, ada orang yang menyimpulkan dirinya tidak punya kelebihan apa-apa. Ini konsep diri yang lemah.

BERBAGAI CONTOH KESIMPULAN DIRI NEGATIF :

NO - CONTOH KESIMPULAN DIRI

1. Saya tidak punya bakat, tidak punya kelebihan apa-apa.
2. Saya orangnya tidak disiplin dan tidak mempunyai semangat.
3. Langkah saya gagal total.
4. Saya sudah tidak berharga lagi.
5. Saya telah kehabisan kesabaran.
6. Saya tidak akan mampu meraih apa yang saya inginkan.
7. Saya terlahir untuk kalah, untuk menanggung penderitaan DLL.
8. Saya tidak memiliki alasan yang kuat untuk bersyukur atau mensyukuri nikmat tuhan.
9. Saya tidak pernah yakin akan keberhasilan saya.
10.Saya sering melakukan kesalahan fatal.
11. Saya tidak akan mencoba sesuatu yang baru karena takut gagal.
12. Pasti saya akan gagal lagi
13. Orang lain sepertinya jauh lebih sukses daripada saya.
14. Saya muak melihat diri saya.
15. Saya tidak bisa menghangatkan suasana ketika bertemu dengan siapapun.
16. Saya selalu mengucapkan ucapan-ucapan yang salah didepan orang.
17. Saya merasa tidak pantas menjadi orang yang saya inginkan.
18. Saya malas melakukan apapun atau saya tidak merasa tertarik dengan apapun.
19. Saya lebih sering jengkel pada diri sendiri, pada orang lain atau pada keadaan
20. Ketika saya sudah marah, tidak akan ada yang bisa menghentikan.
21. Saya tidak bisa mengontrol diri saya.
22. Saya selalu merasa terhantui oleh masalalu yang buruk.
23. Saya tidak memiliki siapapun didunia ini, saya hidup seorang diri.
24. Saya tidak bisa hidup tanpa dirinya atau lebih baik mati saja bila tanpa dirinya.
25. Hidup yang idak ada artnya lagi.

Studi ilmiah dibidang psikologi mengungkapkan bahwa konsep diri yang dibangun seseorang entah sadar atau tidak punya pengaruh terhadap tinggi rendahnya motivasi, kuat lemahnya kepercayaan diri, dan positif negatifnya harga diri seseorang, malah kalau melihat hasil opservasi yang dilakukan oleh gordon dryden dan Dr. Jeannette vos (2000), konsep diri atau self image, berperan lebih dominan dalam mencetak keberhasilan para siswa, ketimbang peranan kurikulum.

Praktik dilapangan sepertinya mendukung hasil observasi itu. Kita kerap menemukan sekolah tertentu yang sering berhasil mencetak laumni yang bagus. Padahal, jika dilihat buku yang diajarkan, mungkin tidak banyak dengan perbedaan dengan sekolah lain. Seringkali bedanya terdapat pada bagaimana jiwa siswa siswinya dibangkitkan melalui budaya di sekolah itu.

Secara tidak lansung, kalau melihat pesan-pesan agama, tuhan sendiri mengajarkan manusia untuk meiliki konsep yang positif. Misalnya, kita diwajibkan bersyukur, diwajibkan beriman, dan dijelaskan juga bagaimana tuhan melebihkan kita dari pada mahkluk lain, atau dijelaskan juga bahwa tuhan telah memuliakan manusia.

Semua itu ada jalan, kalau kita tempuh, secara tidak langsung kita telah membangun konsep diri yang positif. Bersyukur berarti kita berkesimpula bahwa saat ini kita sudah memiliki nikmat yang bisa kita gunakan untuk endapat nikmat lain.

Dalam praktiknya, konsep diri jauh lebih berperan ketimbang berbagai potensi, kelebihan, dan keunggulan yang kita miliki. Kenapa? Sebanyak apapun keunggulan dan bakat yang terpendam di dalam diri, tetapi kalau kita membangun konsep diri negatif, pasti keunggulan itu bisa kita munculkan.

Itulah kenapa pakar kecerdasan sendiri menyimpulkan bahwa peranan anda jauh lebih menyimpulkan ketimbang kecerdasan anda. Berbagai kecerdasan seseorang kurang ada gunanya jika ia membangun kesimpulan yang lemah mengenai dirinya.

Paslah jika Brian Tracy, seorang motivator yang juga banyak menulis buku, menyimpulkan : tidak ada orang yang kurang kemampuan merealisasikan gagasanya, kecuali yang kurang keyakinan atas kemampuan, “self-distrust is the cause of most of our failures,” kata motifator lain. Kurang pede adalah sebab umum dibalik berbagai kegagalan.

Dari mana kita bisa membangun konsep diri? Umumnya, kita membangun konsep diri dari kesimpulan terhadap lingkungan, pengalaman pribadi, pengasuhan, status sosial tertentu, atau dari ucapan orang-orang sekitar. Bisa dikatakan, konsep diri itu dibangun dari faktor eksternal dan internal.

Misalnya, ada orang yang mengatakan usaha anda tidak mungkin berhasil. Ungkapan semacam itu sebetulnya bersifat netral dalam arti bisa menghancurkan diri anda dan bisa pula tidak. Jika anda menerimanya begitu saja atau meyakini kebenarannya, maka ungkapan itu telah membentuk konsep diri. Itulah contoh konsep diri yang dibangun dari faktor eksternal.

Yang perlu dicatat disini adalah konsep diri yang berasal dari faktor eksternal itu bersifat pilihan atu netral. Sebab, pada saat yang sama anda pun bisa melakukan penolakan. “tidak ada orang yang membuatmu hancur tanpa izinmu” begitu kata eleanor roossevelt.

Thomas alva edison termasuk orang yang getol melakukan perlawanan terhadap ungkapan orang yang kurang mendukung kesuksesanya. Orang mengatkan dia bodoh, gagal atau ngawur, tak ia jadikan sebagai bahan membangun konsep diri. Ungkapan itu lawan dengan membuktikan bahwa ia bukan seperti apa yang dikatakan orang.

Sedangkan konsep diri yang di bentuk dari faktor internal misalnya, anda membangun penilaian atau pemahaman tertentu dari keadaan sekitar. Anda berkesimpulan sebagai orang lemah atau orang kecil karena anda lahir dari keluarga miskin, status sosial rendah, atau berbagai kesimpulan negatif lain.

Konsep diri yang dibangundari faktor internal bukan lagi bersifat pilihan, melainkan kepastian. Kita pasti akan menjadi orang yang lemah saat kita membangun konsep diri yang lemah, walaupun sebetulnya masih ada peluang menjadi orang yang kuat.

Dalam al-quran dijelaskan, ada dua istilah terkait dengan orang lemah, yaitu orang yang melemahkan dirinya (membangun konsep diri negatif dari faktor internal) dan ada orang yang dilemahkan oleh sistiem. Orang yang melemahkan dirinya termasuk berdosa, karena tuhan telah memberi berbagai kapasitas yang kalau diperdayakan dengan baik akan membuat dia menjadi orang yang kuat.

“SESUNGGUHNYA ORANG-ORANG YANG DIWAFATKAN MALAIKAT DALAM KEADAAN MENGANIAYA DIRI SENDIRI, (KEPADA MEREKA) MALAIKAT BERTANYA, “DALAM KEADAAN BAGAIMANA KAMU INI?’ MEREKA MENJAWAB, “ADLAH KAMI ORANG-ORANG YANG TERTINDAS DI NEGERI MEKAH). PARA MALAIKAT BERKATA, “BUKANKAH BUMI ALLAH ITU LUAS, HINGGA KAMU DAPAT BERHIJRAH DI BUMI ITU?’ ORANG-ORANG ITU TEMPATNYA NERAKA JAHANAM, DAN JAHANAN ITU SEBURUK-BURUK TEMPAT KEMBALI.” (QS. an-nisa :)

Nah, terlepas dari manapun konsep diri itu kita bangun, tugas kita adalah memunculkan konsep diri yang memperkuat langkah kita atau membuat kita menjadi semakin pede. Dunia ini tidak akan bertanya darimana asal kita, tetapi apa yang bisa kita lakukan. Masalalu tidak menjadi anda penting buat anda. Yang penting adalah masadepan seperti apa yang hendak kita wujudkan.

No comments:

Post a Comment