Tuesday, July 12, 2016

Jangan sampai delemahkan oleh kelemahan “agar bisa sukses”

Tetapi praktiknya masih banyak diantara kita yang malah dibikin lemah oleh kelemahan. Kita masih sering menjadikan kelemahan itu sebagai demotivator, bukan motivator.

Misalnya, kita menjadikannya sebagai bahan untuk membuat kesimpulan negtif tentang diri sendiri. Karena kita melihat kekurangan di dalam diri, lantas kita merasa kurang dan menjadikanya sebagai alat untuk menghakimi diri.

Atau dengan mengeluarkan keputusan, opini, unek-unek batin yang negatif. Katakanlah seperti : saya tidak memiliki keunggulan apa-apa, saya tidak punya kelebihan, saya tidak punya bakat dan seterusnya.

Opini diri, kesimpulan diri, dan penghakiman semacam itulah yang membuat kita kurang termotivasi untuk menggali kelebihan, keunggulan, atau bentuk-bentuk kemampuan potensial lain yang ada didalam diri kita.

Perlu kita sadar bahwa keputusan dan kesimpulan itu memang tidak kita ucapkan dengan mulut di hadapan orang, melainkan kita nyatakan dalam bentuk unek-unek batin yang tidak kelihatan orang lain atau bahkan tidak kita sadari.

Karena itu, ada yang mengatakan : nasib itu kita cetak secara sembunyi-sembunyi tanpa kampanye. Setelah riset selama 30 tahun, Dr. Win Winger berkesimpulan : kejeniusan manusia itu lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang disebut “mental conditioning” ketimbang “genetic superiority”

Karena, semua manusia sudah dianugerahi potensi yang luar biasa hebat dan banyak. Sel dalam otak manusia sebanding dengan jumlah bintang yang ada dilangit. Jika diurai, syaraf manusia bisa memanjang seukuran jarak antara bumi dan bulan.

Dengan kapasitas sebanyak itu, maka ada yang berkesimpulan bahwa otak manusia punya cara kerja yang lebih bagus dari seluruh mesin komputer di dunia ini. Sebagai perbandingan, pada tiga hari pertama perjalanan angkasa di atas permukaan mars pada 1997, jutaan pengguna internet membentuk 200 juta hit mengikuti perkembangannya.

Namun, otak manusia membuat koneksi 15 kali lebih banyak dalam satu detik daripada yang dibuat pengguna internet di seluruh dunia dalam tiga hari. Otak manusia beribu kali lebih hebat dari komputer yang paling canggih di seluruh dunia.

Robert ornstein, guru besar universitas stanford, mengatakan jumlah koneksi otak mungkin lebih banyak dari jumlah atom di jagad raya ini. Artinya, jumlah kehebatan yang dimiliki manusia itu luar biasa.

Cuma, kehebatan itu belum tentu membuat seseoarang menjadi hebat jika mental dan karakternya tidak hebat. Mentallah yang mengaktifkan kehebatan manusia. Salah satu tanda kehebatan mental adalah kemampuan mengelolah kelemahan.

Demotivator lain yang sering kita ciptakan sering dengan kekurangan yang kita miliki atau perasaan kurang adalah mengandalkan orang lain. Begitu kita sudah mengandalkan, misalnya ke orang tua, keluarga, perusahaan, atau negara ini melehmahkan kita.

Kita kemudian berpikir bahwa yang harus bertanggung jawabuntuk menyelesaikan masalah kita adalah orang lain. Perasaan dan pikiran semacam ini juga jaran kita lontarkan melalui mulut, tetapi kita praktikkan dalam tindakan.

Kita tidak menjadikan kekurangan yang kita miliki sebagai dorongan untuk menjalin kerjasama, menjalin hubungan, dan bersinergi, melainkan malah menjadikannya sebagai alasan untuk mengandalkan orang lain.

Perlu kita sadari : ada perbedaan antara mengandalkan dan membutuhkan. Para pengusaha yang sudah berhasil membesarkan usahannya itu membutuhkan orang lain, tetapi tidak mengandalkan orang lain. Membutuhkan orang lain adalah motivator, sementara mengandalkan adlah demotivator.

Para ahli dibidang karier menyarankan agar semua pekerja tidak mengandalkan kemajuan kariernya pada pekerjaan atau perusahaan, karena ini bisa membahayakan dan melahirkan demotivator. Gantinya adalah mengandalkan diri sendiri. Kata seorang motivator, nasib baik itu sering kali datang kepada orang yang mengandalkan usaha. Nasib baik itu jarang sekali mendatangi orang yang mengandalkan nasib baik.

Merujuk pada ajaran agama, tawakal sendiri bukan berarti kita mengandalkan tuhan dalam makna yang lemah. Maksudnya, kita serahkan tanggung jawab kita pada tuhan. Tawakal adalah memasrahkan urusan kepada tuhan setelah kita menjalankan urusan kita.
“kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada allah. Sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-nya. “QS. Ali imran : 159)
Dalam sebuah riwayat yang sangat masyhur diceritakan, suatu hari Rosulullah melihat orang badul shalat dengan melepaskan hewan ternaknya di alam bebas. Ketika ditanya, orang itu mengatakan dia sudah tawakal. Mendengar jawaban itu, rasulullah langsung menegur dengan mengatakan, “ikatlah ternakmu, lalu tawakallah.”

Kata bijak :
 “kejeniusan manusia itu banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang disebut ‘mental conditioning ketimbang’ genetic superiority”

No comments:

Post a Comment