Sunday, July 17, 2016

Jangan sampai membuat kita semakin salah “dalam meraih sukses”

Meskipun kesalahan itu telah digunakann oleh orang-orang berprestasi untuk memperbaiki dirinya, tetapi kebanyakan orang tidak termotivasi untuk menjadikan kesalahan sebagai motivator atau malah menjadikannya sebagai demotivator.

Bahkan karena semakin takut salah, kita merealisasikannya dengan tidak melakukan apa-apa. Takut salah ini memang dimiliki dan perlu dimiliki oleh semua orang. Hanya saja, ada perbedaan yang cukup mendasar antara takut salah yang menjadi motivator dan takut saah yang menjadi demotivator.

Di manakah letak perbedaanya? Pertama, ketika takut salah ini kita munculkan pada saat tidak melakukan sesuatu, maka biasanya ketakutan demikian perlu kita waspadai sebagai demotivator. Kedua, ketika ketakutn itu malah membuat takut melakukan sesuatu (menghindari usaha untuk menjadi lebih bagus).

Takut salah merupakan musuh di daam batin kita yang benar-benar perlu disingkirkan. Praktik hidup mengajarkan : takut salah seperti ini telah membuat banyak orang menjadi “over caution”, terlalu hati-hati yang membuat jiwa kita kerdil, bakhil, dan enggan berusaha.

Tidak hanya itu. Ada hukum di dunia ini yang oleh para ahli disebut hukuk daya tarik (the law of attraction). Apa yang ada didalam batin kita, akan menarik sesuatu yang di luar diri kita supaya menjadi kenyataan dalam hidup kita.

Takut salah seperti di atas adalah energi negatif yang memiliki daya tarik lebih tinggi dari energi positif. Biasanya, hati-hati yang kita lakukan dengan ketakutan akan membuat kita salah. Pilih-pilih yang kita lakukan dengan ketakutan, sering kali membuat kita salah pilih. Biasanya, kurang percaya yang kita lakukan dengan ketakutan, membuat kita salah memilih orang kepercayaan.

Adapun takut salah yang bisa memberikan motivasi adalah takut salah yang muncul pada saat kita sedang melakukan sesuatu, lalu ketakutan itu kita gunakan sebagai dorongan untuk memperkecil, menghindari, dan memperbaiki. Karena takut akan munculnya kesalahan, maka ketakutan itulah yang mengajarkan kita supaya tidak terjadi kesalahan. Dengan ketakutan itu, maka kita berusaha lebih keras lagi, lebih bagus lagi, dan hati-hati lagi.

Apa perbedaan antara ketakutan yang kita butuhkan dan ketakutan yang perlu kita hilangkan. Dan ada perbedaan antara ketakutan yang menjadi demotivator dan ketakutan yang menjadi motivator. Untuk mengetahui perbedaan itu, cobalah saran berikut :
  • Berilah label perasaan anda
  • Berilah label akibat dri perasaan anda
  • Berilah label aksi batin yang perlu anda lakukan untuk mempertahankan perasaan positif dan berakibat positif.
Terkadang, ada pentingya juga kita merenungkan apa yang pernah di katakan Emmet Fox, tokoh spiritual, dalam puisinya yang isinya begini : “anda tidak bingung karena anda punya masalah, tetapi anda punya masalah karena anda bingung. Anda tidak bersyukur karena anda makmur tetapi anda makmur karena bersyukur.”

Memedomani pengalaman pribadi yang salah juga bisa menjadi demotivator. Ketika saya bekerja di perusahaan rekrutmen dan seleksi kru kapal pesiar, saya punya pedoman : kalau saya menelepon seseorang sebanyak tiga kali dan belum bisa bicara dengan orng yang saya maksudkan, saya lantas berkesimpulan bahwa antara saya dan orang itu tidak ada jodoh dalam bisnis yang saya tangani.

Kesimpulan ini saya sadari salah, dalam arti tidak cocok dengan seninya hidup. Saya telah terlalu “memasti-mastikan” kehidupan yang saya jalani, padahal hidup tidaklah seperti ilmu pasti. Beberapa bulan kemudian saya mencoba untuk menghubungi seorang yang dulunya pernah saya hubungu berkali-kali dan tidak pernah nyambung itu.

Dan ternyata hasilnya bagus. Dari sinilah kemudian saya menyimpulkan : pedoman hidup yang saya pegangi itu terlalu sempit. Saya rasa didunia ini banyak orang yang mempunyai pedoman sendiri yang didasarkan pada pola pikir untuk memasti-mastikan hidup dengan cara dan model yang sempit. Pedoman ini memang jarang kita ucapkan, jarang kita kaji, tetapi sering kita praktikkan. Pedoman jelas penting, tetapi jangan sampai kita terbelenggu dan terpenjara oleh pedoman kita sendiri.

Kita perlu mengeksplorasi, apakah pedoman kita itu dibatasi oleh pengalaman masa lalu atau diilhami oleh keinginan kita untuk mewujudkan masa depan? Kita harus melihat dan mengingat masa lalu, tetapi kita tidak boleh hidup di masa lalu. Kita harus hidup pada hari ini untuk mewujudkan masa depan yang kita inginkan.

Artinya, kita perlu menjdikan pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain sebagai guru yang memberi pencerhan, petunjuk, dan pelajaran kepada kita, bukan menjadikan pengalaman masa lalu sebagai belenggu yang membatasi diri kita.

Pilihan kedua inilah yang menjadi sumber demotivator. Ungkapan demotivtor yang paling masyhur antara lain, “dulu saya pernah melakukan itu tetapi hasilnya gagal.”kegagalan kita di masa lalu tak seberapa efeknya bagi angkah kita hari ini, tetapi kesimpulan kiya yang bernada putus asa itulah yang membahayakan kita.

Untuk itu, hati-hti dalam meminta nasihat, saran, masukan, pertimbangan, atau pendapat kepada orang lain. Orang lain akan memberikan pendapatnya sesuai dengan pengalaman masa lalunya juga.

Kalau yang di pedomani adalah pengalaman yang salah, maka apa yang keluar dari mulutnya juga berupa ungkapan-unkapan yang bernada demotivtor. Pepatah bijak berpesan agar kita tidak mengungkapkan keiginan kepada sembarang orang, kecuali kepada orang yang benar-benar bisa mencerahkanan kita.

Mark twin pernah juga berpesan agar kita menjauhi omongan-omongan yang membuat motivasi untuk maju menjadi down (anjlok). Biasanya, ini dikeluarj=kan oleh orang-orang yang berjiwa kerdil.

Solusinya, ia menyarankan agar kita menyempatkan diri bergaul dengan orang-orang yang berjiwa besar atau orang besar menurut versi kita bisa mendorong untuk menjadi orang besar atau berjiwa besar.

Pengalaman beberpa orang di lapangan juga punya kesimpulan serupa. Kalau anda ingin menjadi pengusaha, belajarlah kepada pengusaha yang berhasil. Dengarkanlah petuah mereka. Kalau anda ingin menjadi profesional yang berprestasi, cobalah belajar kepada mereka yang sudah berhasil menurut versi anda. Sampai pun mereka-mereka itu tidak memberi nasihat dalam bentuk kata-kata, tetapi anda bisa belajar langsung dari cara hidupnya.

Kata motivasi :
“orang yang bertobat setelah melakukan kesalahan, beriman dan beramal saleh, maka tuhan akan menggantinya dengan kebajikan."

No comments:

Post a Comment