Saturday, July 2, 2016

Langkah membangun konsep diri untuk menggapai sukses

Bagaimana membangun konsep diri yang memperkuat itu? Kita tidak bisa mengubah konsep diri dengan mengubah kesimpulan. Bisa-bisa malah jadi orang yang pura-pura atau tidak akurat (minder atau over), merasa bisa atau merasa hebat, padahal belum memiliki kehebatan.

Jadi bagaimana? Untuk membangun konsep diri yang kuat, kita membutuhkan personal system (sistem personal). Sistim personal ini dapat kita bangun dengan cara-cara dibawah ini :

Pertama, belief (yakin)

Yakin bahwa anda terlahir didunia ini untuk suatu tujuan. Yakinlah bahwa tuhan telah memberikan sekian kapasitas yang cukup untuk mencapai suatu tujuan itu. Supaya keyakinan anda kuat, anda harus bisa membuktikannya. Buktikan potensi anda. Melihat bukti akan memperkuat keyakinan anda. Untuk bisa melihat bukti, anda harus yakin lebih dulu.

Kedu, value (nilai-nilai)

Anda tidak basa membuktikan keyakinan itu hanya dengan omomngan dimulut. Keyakinan itu hanya bisa dibuktikan dengan berpedoman pada nilai-nilai kebenarannya sudah tidak bisa dibantah siapa pun.

Misalnya, anda meyakini bahwa setiap perjuangan manusia itu pasti mendapat balasan atau anda bahwa meyakini kegagala bukanlah kiamat yang mengakhiri langkah anda, melainkan sebuah ujian untuk kesuksesan. Yakinilah dan buktikan hasilnya

Ketiga, perlu ada target atau standar prestasi yang terus anda perjuangkan.

Seiring dengan bertsmbahnya prestasi anda, akan ada konsep perbaikan diri anda. Target ini bisa anda buat berdasarkan keinginan (generative) atau berdasarkan keadaan (adaptative).

Keempat, penguasaan.

Keyakinan dan target tidak bisa mewujudkan dirinya sendiri. Agar bisa terwujud, kita membutuhkan keahliah yang mencakup, antara lain pengetahuan, pengalaman, penguasaan atau pendidikan. Ini juga nanti akan memperbaiki konsep diri.

Kelima, perlawanan internal.

Perlawanan ini penting ketika kita menerima ungkapan dari orang lain atau lingkungan yang kurang mendukung usaha kita untuk membangun konsep diri positif. Hanya saja, perlawanannya bukan dimuntahkan ke luar, melainkan perlu diledakkan ke dalam supaya ada dorongan untuk berubah.

Membangun konsep diri butuh perjuangan, yaitu membuktikan diri, bukan semata mengganti kesimpulan. Kalau hanya mengganti, ini malah bisa membuat anda salah penilaian. Atau pede, anda hanya berssifat temporer. Yakinlah, lalu buktikan apa yang anda yakini. Tanpa pembuktian, pede kita hanya sebuah kesemuan.

TIGA RAMBU-RAMBU PENTING

Pertanyaan yang penting untuk ditemukan jawabanya adalah, agar apa yang bisa kita lakukan agar kita tidak menjadi korban ketidak puasan? Sebagai salah satu pilihan, mungkin kita bisa menerapkan berikut ini sebagai pembelajaran.

Jangan mematok kesempurnaan.

Tidak ada manusia yang sempurna, tiak ada hasil manusia yang sempurna. Tidak ada proses usaha yang sempurna. Tidak ada keadaan yang benar-benar sempurna.

Kalau dilihat dari “kaca mata berpikit Tuhan”, ketidak kesempurnaan tentu sebuah kesempatan emas buat kita untuk selalu meraih yang lebih sempurna. Andaikan ketidak kesempurnaan ini di hapus oleh tuhan, maka tidak ada lagi kreativitas, inovasi, improvisasi, dan seterusnya.

Hidup manusia malah menjadi terbatas dengan tidak adanya kekurangan. Karena kesempurnaan ini tidak kita miliki, bukan berarti kita boleh mempertahankan kekurangan dengan keras kepala dan kebodohan. Untuk itu yang perlu kita lakukan adalah kesempurnan apa yang belum sempurna dan berusaha selalu menyempurnakannya.

Lakukan sesuatu tetapi jangan lupa menyempurnakan proses. Lakukan sesuatu tetapi jangan lupa menyempurnakan hasil. Lakukan sesuatu tetapi jangan lupa membekali diri dengan keahlian yang lebih bagus. Petuah manajemen bilang “Even the best can be improved.” karya yang paling bagus sekalipun masih bisa diperbaiki.

Ketika kita mengharapkan sesuatu yang harus sempurna dan tidak adalagi upaya penyempurnaan setelah itu (perfeksionis hasil), seringkali ini membuka peluang bagi ketidak puasan untuk menguasai diri kita.

Ketidaksempurnaan itu tidak mendorong kita untuk menyempurnakan, melainkan mendorong kita untuk meninggalkan, mematahkan semangat, dan lain-lain. Bahkan dalam teori kreativitas dikatakan : pola berpikir demikian bisa membunuh kreativitas.

Jangan mempertentang gap

Semua orang pasti menghadapi gap, baik dalam bentuk pertentangan antara apa yang diinginkan dan apa yang dihadapi, antara harapan dan kenyataan, juga antara idialitas dan realitas. Kita menginginkan suatu yang “WAH”, tetapi kenyataanya malah menghadapi yang “ADUH”.

Kita mengharapkan diri kita ini sudah begini-begitu, tetapi praktinya masih begini-begini saja. Gap ini sesuatu yang di izinkan tuhan untuk ada dimuka bumi ini. Karena atas izin-nya, pastilah ada gunanya. Apa kegunaannya? Tentang kegunaan ini tentu kembali pada apa yang kita pilih.

Kita bisa menjadikan gap itu sumber motivasi untuk melangkah maju dan bisa menjadikanya sebagai sumber demotivator. Satu kenyataan itu bisa kita pilih sebagai dorongan untuk maju, mandek, dan mundur, tergantung yang kita pilih.

Gap akan menjadi demotivator ketika kita malah mempertentangkanya. Karena kenyataan itu berbeda dengan keinginan, lantas perbedan ini kita jadikan sebagai materi yang membuat kita tidak bahagia dengan hidup ini.

Karena ilmu itu berbeda dengan praktik, lantas kita malas mencari ilmu. Karena orang lain tidak sama dengan kita, lantas kita malah menambah jumlah orang yang kita kenal. Inilah arti pertentangan dalam praktik hidup.

Mempertentang gap ini menurut studi para ahli di bidang karier bisa menumbuhkan kebencian diri, kebencian profesi, dan kebencian pekerjaan, yang kemudian memunculkan apa yang sering kita sebut dengan penyakit konflik diri.

Ketika didalam batin kita berkecamuk perng yang tidak sanggup kita damaikan, maka seluruh energi dan kekuatan akan kita gunakan untuk memikirkan dan merasakan perang yang membuat batin kita gelap.

Kalau batin sudah gelap, maka langkah kita juga mandek, sebaliknya, gap akan menjadi sumber motivasi dan sumber dinamika hidup apabila kita sanggup mendamaikannya dengan usaha perbaikan, penyempurnaan, dan kreativitas.

Karena kenyataan itu berbeda dengan apa yang kita inginkan, maka supaya keinginan kita menjadi kenyataan, diperlukan usaha yang terus menerus, kreativitas, penyesuaian, dan sinergi.

Dengan begitu, kita hidup menjadi dinamis lahir dan batin. Coba bayangkan, andaikan keinginan itu dibikin sama dengan kenyataan oleh tuhan! Tentu seninya hdup ini akan hilang dan tidak ada pembeda derajat antara orang yang sungguh-sungguh dengan pemalas, antara orang yang punya ilmu dengan orang yang tidak berilmu, antara orang yang benar dan orang yang menyimpang.

Jadikan sebagai “Defining Moment”

Jadikan munculnya gap antara apa yang anda inginkan dan kenyataan yang anda hadapi sebagai titik awal atau momen yang mendorong perubahan (defining moment). Jadikan ketidaksempurnaan yang anda jumpai didalam diri anda, di dalam usaha anda, sebagai kekuatann yang mendorong anda untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih bagus.

Jadikan kebodohan sebagai defining moment untuk menambah pengetahuan. Jadikan kesalahan sebagai dorongan untuk menemukan apa yang perlu dikoreksi. Jadikan kegagalan sebagai dorongan untuk membuktikan diri. Jadingan kekurangan sebagai dorongan untuk melengkapi diri.

Dengan cara seperti ini, walaupun kita tidak bisa mewujudkan hasilnya secara langsung dan semudah orang yang membalikkan tangan, tetapi minimal akan mencerahkan batin kita. Batin yang cerah akan membuat kita cerah. Langkah yang cerah akan manjadi jalan untuk mendapatkan hasil yang lebih bagus.

Hal ini akan berbeda dengan kita menempuh cara-cara sebaliknya. Kita sudah rugi, ditambah dengan cara yang merugikan. Jadilah kita mengalami kerugian ganda.

BERBAGAI TEORI PERUBAHAN

Untuk membuktikan bahwa ketidakpuasan itu telah dimanfaatkan untuk hal yang positif, kita bisa melihatnya banyak teori-teori perubahan, baik untuk personal atau institusional. Kita bisa lihat di bawwah ini.

Teori 1 : Self directed learning theory

Teori ini dikembangkan oleh Richard E. Boyatzi, seorang pakar manajemen (1999). Isi teori ini adalah kita semua bisa berubah kearah yang lebih baik dengan cara :

1. Munculnya ketidakpuasan atau dorongn untuk berubah dari keadaan aktual anda hari ini (actual condition).
2.Perjelas keadaan yang benar-benar anda inginkan (ideal condition).
3.Perjelas apa yang benar-benar bisa anda lakukan untuk berubah, dengan menggunakan apa yang sudah ada, dari mulai hari ini (reasonable action).

Hanya saja, jika kita ingin menerpkan teori di atas, hendaknya kita jangn sampai menggunakan nafsu yang tidak terarah. Kenapa? Biasanya, dorongan nafsu itu akan menyeret kita pada hal-hal yang ekstrem dan itu salah.

Reformasi yang terjadi di indonesia sering disebut reformasi yang salah arah, karena keinginan untuk berubah hanya dilandasi agar supaya terbebas dari orde baru semata, bukan supaya lebih baik.

Kemudian, jika nanti anda sudah berubah dan lama-lama anda perlu berubah lagi, lakukan hal yang sama dan begitu terus. Kita harus ingat, hidup ini perjalanan. Sudah begitu, kita hanya dikasih kesempatan untuk hidup sekali didunia ini.

Karena itu, kita tidak usah perlu membebani pikiran dengan menolak atau bersifat resistan terhadap perubahan. Selma tujuan kita untuk lebih baik, kenapa takut berubah?

Teori 2 : Beckhard dan haris

Anda juga bisa menggunakan teori perubahan yang di gagas oleh beckhard dan harris (1987) sebagai starter awal. Menurut teori mereka, perubahan akan terjadi kalau sejumlah syarat, yaitu :
  • > Manfaat dan biaya. Manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya perubahan.
  • > Ketidakpuasan. Adanya ketidakpuasan yang menojol terhadap keadaan sekarang.
  • > Persepsi hari esok. Manusia dalam suatu organisasi melihat hari esok yang dipersepsikan lebih baik.
  • > Cara praktis. Ada cara praktis yang dapat ditempuh untuk keluar dari situasi sekarang.

Teori di atas dapat kita praktikkan berdasarkan keadaan, konteks, dan kemampuan kita dengan menemukan ide tentang apa yang bisa kita lakukan menggunakan apa yang sudah ada untuk memulai berusaha dari tempat sekarang. Misalnya, sambil kuliah anda berjualan, ssambil menjadi pegawai anda juga menekuni peluang lain, dan seterusnya.

Supaya tindka iu kuat motivasinya, anda harus membayangkan adanya hari esok yang lebih baik, misalnya ekonomi anda lebih baik, lukislah mimpi anda, jadikan mimpi itu sebagai panduan, dan dari pandua itu susunlah aksi yang bisa anda jalankan setiap hari.

Teori 3 : EC = AXBXC>Z

Fomula di atas adalah singkatan sebagai berikut :

EC = Energy and enthusiasm for change.

EC adalah energi atau semangat untuk berubah kearah yang lebih baik. Energi dan semangat inii sebenarnya sudah dimiliki oleh semua orang. Pastilah kita semua menginginkan diri kita yang terus lebih baik. Hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari depan akan lebih baik dari hari ini. Darimana energi ini bisa kita gali?

A = Dissatisfaction with the present.

A adalah ketidak puasan pada hari ini. Ketidakpuasan inilah yang bisa kita gunakan sebagai sumber motivasi. Ketidakpuasan kita melihat adanya kelemahan, kekurangan, dan kecacatan dari hasil yang sudah kita dapat merupakan potensi yang bisa diolah, asalkan kita mau mengolahnya.

B = The benefit of change.

B adalah nilai plus (keuntungan) yang akan kita dapatkan kalau kita berubah dari sekarang. Jadikan ketidakpuasan sebagai bahan bakar untuk memberontak kemalasan dan kemandekan. Agar lebih kuat, tambahkan dengan “iming-iming” (insentif) yang akan kita dapatkan kalau kita mau berubah kearah yang lebih baik. Kalau kita sudah tidak tertarik lagi dengan hasil yang lebih buruk, maka ini justru malah tidak bagus buat pendidikan diri kita.

Paulo coelho berpesan, “tetapi, ada penderitaan dalam hidup ini. Ada kesalahan. Tak seorang pun bisa menghindarinya. Hanya saja lebih baik kalah dalam pertempuran memperjuangkan mimpimu ketimbang harus dikalakan tanpa kamu ketahui apa yang kamu perjuangkan.”

C = The ease of change process.

Agar kita mempunyi dorongan yang lebih besar lagi, maka kita juga perlu menambahkanya dengan cara-cara yang bisa kita lakukan, dan cara yang bisa dimulai dari sekarang ini penting untuk memperkuat motivasi.

Karena itulah, kita perlu mengumpulkan cara sebanyak mungkin agar kita bisa memulai mana yang paling mudah , paling bisa dilakukan, dan paling bisa dimulai dari sekarang. Sebetulnya, semua orang mempunyai keinginan untuk membawa dirinya kearah perubahan yang lebih baik.

Sayangnya, kebanyakan kita malas berfikir tentang cara-cara alternatif yang sederhana, cara yang bisa dijalankan, dan cara yang bisa dimulai dari sekarang dan dari diri-sendiri.

Kebanyakan kita menemukan cara yang benar, cemerlang, dan terkesan “WAH”, tetapi cara tu hanya bisa jalan kalau ada investor, kalau ada keterlibatn orang lain, dan kalau ada dukungan dari nasib baik.

Salah seratus persen sih tidak, tetapi masalahnya adalah, bila ternyata syarat-syarat itu tidak kita temukan atau belum kita temukan, akhirnya cara yang bagus dan cemerlang itu harus menjadi dokumen yang tidak berguna.

Praktik hidup sering membuktikan : kita akan mendapatkan dukungan orang lain dan dukungan nasib baik setelah kita mampu membuktikan bahwa cara itu bisa kit lakukan dari diri kita lebih dulu.

Z = Psychological and economic costs of change.

Langkah terakhir adalah mempertimbngkan dan mengalkulasi risiko dan biaya yang akan kita tanggung jika kita harus memilih untuk berubah kearah yang lebih bagus.hitunglah dan kalkulasilah dengan bagus supaya program kita untuk memperbaiki diri adalah program yang riil, bisa dijalankan, dan bisa dimulai.

Kita perlu ingt bahwatidak semua perubahan akan menghasilkan perbaikan, tetapi semua perbaikan mensyartkan perubahan. Untuk menghasilkan perbaikan, sudah pasti perubahan itu menghadapi hambatan. Sejumlah hambatan perubahan dapat anda telaah dari tulisan rhenald kasali dalam buku change (2006), seperti yang kutip di bawah ini :

HAMBATAN PERUBAHAN

Seorang bisa gagal menyelesaikan perubahan karena beberapa alasan, mungkin keletihan mental atau karena kehilangan kepercayaan. Ada beberapa alasan seseorang mengalami keletihan dalam perubahan.

Hal-hal yang membuat orang cepat letih dalam perubahan ini hendaknya perlu mendapat perhatian karena sesungguhnya dapat di cegah. Alasan-alasan tersebut antara lain :

Perubahan terlalu tegang

Perubahan harus memberikan ruang untuk bernapas dan untuk menikmati kehidupan dengan senang. Kesenangan positif akan mendorong orang bekerja lebih produktif dan lepas dari ketegangan-ketegangan dan kebosanan-kebosanan. Perubahan yang terlalu tegang akan membuat orang cepat letih dan kehilangan energi.

Terlalu sering berubah

Perubahan memang tidak menjamin suatu keberhasilan. Oleh karena itu, sangat mungkin perubahan yang anda lakukan menurut langkah-langkah selanjutnya. Namun, perubahan yang terlampau sering bisa membuat orang yang kehilangan arah.

Perjalanan panjang

Perjalanan pnjang membutuhkan rest area, yaitu titik-titik untuk melakukan istirahat dan melepaskan diri dari kepenatan. Pada titik-titik itu manusia bukan cuma memerlukan toilet, rumah makan, dan tempat untuk engisi bahan bakar, melainkan juga informasi-informasi penting yang menyangkut perjalanan itu sendiri. Maka dalam setiap perjalanan panjang, dibutuhkan kemenangan-kemenangan jangka pendek, imbalan-imbalan berupa materi atau nonmateri.

Kurang dukungan

Kalau seseorang merasa kurang dukungan, ia bisa mengalami keletihan. Tekanan-tekanan yang terlalu kuat, yang tidak didukung oleh mayoritas pekerja, akan membuat seseorang gelisah dan letih. Dukungan memberikan kehangatan dan meningkatkan semangat bekerja. Dukungan dari rekan-rekan kerja dan atasan akan sangat membantu seseorang mengatsi tekanan-tekanan yang mereka terima. Dukungan diperlukan sepanjang waktu sampai perubahan mencapai hasilnya.

Rutinitas

Rutinitas bisa membuat orang cepat bosan dan merasa letih. Maka hindarilah ucapan-ucapan, pemberian imbalan, cara kerja, atau komunikasi apa saja yang terlalu rutin. Manusia membutuhkan surprise yang bisa mengangkat adrenalin mereka dan merasakan sentuhan-sentuhan emosi yang hidup.

No comments:

Post a Comment