Thursday, June 23, 2016

Konsep dagang ala orang cina

Cina menjadi negara terkaya seantero dunia, tidak salah jika ada pepatah mengatakan ‘Belajarlah ke negeri cina’. Pasalnya, orang cina memang terkenal dengan jiwa dagang mumpuni.kebiassaan dagang sudah ditanam sejak dini oleh orangtua keturunan etnis tionghoa, meskipun mereka mengenyam pendidikan lulusan tinggi luar negri sekalipun. Dagang tetaplah menjadi preoritas utama. Menurut mereka, berdagang menjadi seorang lebih bijak, disiplin, tahan banting dan pekerja keras.

Maka jangan heran jika dimana-mana, perusahaan berskala besar, banyak dikuasai orang cina. Mereka menganggap lebih baik punya pendapatan kecil daripada gaji besar tapi jadi karyawan. Sebab mereka tidak suka mendapatkan gaji. Berdagang sendiri berarti menjadi bos dan tuan, sedangkan bekerja dengan orang atau jadi karyawan, sampai kapanpun akan dianggap kuli. Prinsip inilah yang dipegang teguh pedagang cina. Lantas, bagaimanakah konsep dagang ala orang cina? Sehingga, banyak diantara mereka meraih kesuksesan dari kegiatan dagang yang mereka jalankan.

Satu, memiliki keuletan. Sikap ulet menjadi kunci untuk mempertahankan bisnis. Meski ditempa dengan berbagai kegagalan, jatu bangun, bahkan bangkrut dalam bisnis, mereka tetap ulet dan gigih mengatasi semua tantangan lalu mengubahnya menjadi peluang. Orang cinaselalu belajar dari kegagalan. Maka, tidak ada kamus mereka kata takut untuk terus berjuang membesarkan bisnis yang dijalankan.

Dua, memiliki ketakutan. Orang cina termasuk pekerja keras. Meskipun mereka menjadi seorang bos, mereka tetap rajin dan penuh totalitas dalam mengelola bisnisnya. Orang cina juga selalu terbuka dan melakukan perubahan, sekalipun bisnis mereka dalam keadaan bangkrut, dan itu bukanlah alasan bagi mereka untuk menjadi sukses.

Tiga, memiliki keberanian. Untuk berhasil, tentu saja keberanian menjadi modl penting, selain keinginan kuat untuk berubah. Orang cina selalu siap dalam menghadapi berbagai kemungkinan . Sekalipun, kemungkinan terburuk. Pasalnya, jiwa spekulasi orang cina sangatlah tinggi. Nasip gagal tidak menjadi alasan untuk menerima kekalahan dalam berdagang. Justru hal tersebut menjadi salah satu ujian menarik yang melatih jiwa lalu mengevaluasinya.

Empat, memiliki kedisiplinan tinggi, sikap disiplin harus diterapkan dalam hal apapun juga. Bagi orang cina, keuntungan didapat tidak menjadikan mereka hidup boros dan berfoya-foya ada satunistilah menarik yang patut untuk kita renungkan dari orang cina, yakni ‘jangan makan/jajan dulu, sebelum jualan laku’. Berhemat adaah satu strategi untuk bisnis tetap survive dan berkembang.

Lima, menjaga kualitas dan kepecayaan. Sudah menjadi trade mark orang cina mengutamakan kualitas barang untuk menarik kepercayaan masyarakat/konsumen. Mereka berani banting harga, meski dengan keuntungan sangat kecil asalkan bisnis tetap berjalan. Bagi mereka, untung sedikit yang penting lancar, keuntungan kecil di jadikan modal untuk memperbesar bisnis.

Selain lima konsep di atas, orang cina juga memegang teguh konsep tidak takut pada persaingan dan kerugian. Bahkan, mereks menentang keras konsep zero sum game dalam perdagangan. Perdagangan, menurut mereka sebaiknya memberikan manfaat kepada semua pihak, baik sesama pedagang, pesaing, ataupun pelanggan. Perdagangan hanya akan berkembang maju seandainya situasi win win dapat diwujudkan dalam sesuatu kegiatan dagang.

Konsep perdagangan orang cina juga tidak sama dengan konsep berdagang orang melayu. Orang cina tidak suka “makan” atau mencari untung sendiri. Mereka tidak di anjurkan meraup semua keuntungan dan kekayaan. Sebaliknya jika perlu, mereka berbagi semua keuntungan yang di peroleh dengan pedagang lain.

Orang cina adalah gambaran pedagang yang tidak mementingkan diri sendiri. Sebab, bagi mereka tidak ada pedagang yang hidup seorang diri. Mereka bergantuang pada pedagang lain untuk mendapatkan bahan, pelanggan dan keterampilan. konsep ini penting untuk menjamin keberhasilan suatu pedagang.

Orang cina juga tidak mengenal konsep berdagang seperti fungus atau jamur atau yang dikenal dengan sebutan pedagang musiman. Pedagang model fungus atau jamur, menurut orang cina tidak layak disebut sebagai pegagang dan pengusaha. Mereka tidak bisa menunjukan kesungguhan dan komitmen yang tinggi agar terus berdagang tanpa mengenal musim.

Orang cina sendiri memang tidak suka berdagang secara musiman meskipun ada diantara mereka yang megusahakan perdagangan secara kecil-kecilan. Berdagang kecil-kecilan bagi mereka itu jauh lebih baik daripada berdagang musiman krena berdagang itu memiliki peluang untuk berkembang. Pedagang musiman bukan saja tidak berkembang, melainkan akan menghadapi masalah modal dan likuiditas (ketersediaan dana yang siap di cairkan) untuk memulai kegiatan berdagangnya. Mereka berdagang untuk mendapatkan uang saku dan uang belanja. Padahal, tujuan utama dalam berdagang adalah keuntungan.

Dalam berdagang, orang cina juga memperbolehkan tawar menawar membutuhkan proses yang alot dan waktu yang panjang, namun bisa memberi kesenangan tersendiri pada kosumen. Pada akhirnya konsumen merasa senang dan akan kembali untuk melakukan transaksi jual beli lagi di kemudian hari.

Konsep-konsep inilah rahasia dibalik kesuksesan orang cina dalam berbisnis. Mereka adalah gambaran ideal seorang pedagang yang baik. Pedagang yang baik adalah pedagang yang ulet, disiplin, ramah, pandai menjaga kualitas dagangan dan kepercayaan pelanggannya. Jaadi, tentu tidak heran jika banyak orang cina yang sukses saat mereka bisa menerapkan konsep tersebut secara baik.

1 comment:

  1. terima kasih atas tips-tips suksesnya, bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan seputar bisnis
    Aplikasi Laporan Keuangan Android

    ReplyDelete