Tuesday, June 28, 2016

Pentingnya pembersihan jiwa motivasi hidup

Terkadang. Masih banyak diantara kita yang berfikir membaca buku motivasi, mendengarkan ceramah, atau nasihat tentang motifasi. Itu tak banyak gunanya. Karena, paling-paling semangat yang diperoleh darinya hanya sebentar, setelah itu loyo lagi.

Kalau itu yang menjadi alasan, memang benar. Akan tapi kalau di pikir lagi, sepertinya ada yang tidak fair. Dikatakan benar, karena memang ituah kenyataanya : hanya sementara. Dikatakan tidak fair, karena kita telah memperlakukan diri kita secara tidak adil.

Dimanakah letak ketidak adilanya? Jika perut kita butuh makan setiap kali lapar dam jasad kita butuh mandi setiap kali kotor, maka jiwa kitapun sebetulnya perlu pembersih atau makanan setiap kali kita membutuhkanya.

Kita ambil contoh saja komputer. Sistem komputer yang ditata, dijaga, dan dibersihkan, tentunya beda dengan sitem komputer yang di biarkan kotoranya dan dipakai sembarangan.

Komputer model kedua ini lamban bekerja, suka macet dengan alasan yang tidak jelas, suka bingung kalau di perintah agak cepat, dan terkadang malah menghilangkan data yang kita simpan atau lebih sering menyiksa ketimbang pekerjaan kita.

Kira-kira, seperti itu jiwa manusia yang dibiarkan kotoranya, menambah kotoranya, dan menolak untuk membersihkan kotoran itu. Nah, manggali motivasi dari dalam diri merupakan salah satu bentuk aktifitas yang kita jalankan untuk membersihkan kotoran batin kita.

Syukur-syukur bisa membuatnya lebih cemerlang agar sistem batin kita bisa bekerja seperti komputer yang bersih dari virus, cepat tanggap, cekatan, bisa menghasilkan karya atau prestasi yang bagus dibidang kita, menyenangkan semua pihak (tasurrun nadzirin), dan seterusnya.

Untung-rugi seoerti apakah yang akan kita dapatkan? Jika ditinjau dari sebagian temuan ahli atau pengalaman orang-orang berprestasi.

Untung rugi dalam membersihkan kotoran jiwa itu berkaitan dengan hal-hal berikut ini :

1. Pertama Keunggulan.

Semua orang punya keunggulan, hanya saja keunggulan itu bersifat bahan baku (potensi), belum merupakan bahan jadi. Supaya keunggulan potensi itu menjadi keunggulan prestasi (barang jadi), maka dibutuhkan aksi yang tidak hanya sekali, melainkan berkali-kali dan terus menerus.

Untuk menghindarkan aksi yang demikian itu, jelas membutuhkan motifasi, visi, komitmen, kreativitas, dan lain-lain. Semua ini berkaitan dengan bersihdan kotornya jiwa kita. Jika jiwa kita bersih, maka banyak hal yang dapat menjadi motivator. Sebaliknya, jika jiwa kita kotor, maka banyak hal yang menjadi demotivator kita.

2. Kedua Kepercayaan (trust dan credibelity).

Jiwa yang selalu kita bersihkan, akan mendorong untuk selalu berprestasi. Tentu, ini bisa mengantarkan seseorang untuk memiliki keahlihan dan kesalehan hidup.

Keahlihan mengangkat derajad seseorang, sementara kesalehan menyelamatkan langkahnya dari berbagai ancaman bahaya yang ditimbulkan oleh pelanggaran atas batas-batas yang diterapkan tuhan (hududullah).

Dengan kata lain, kalau kita selalu termotivasi untuk mengasah keahlian berdasarkan potensi yang kita miliki dan terdorong untuk meningkatkan kesalehan hidup berdasarkan kebenaran yang kita imani, maka cepat atau lambat, kepercayaan yang akan kita dapatkan.

3. Ketiga keberuntungan (luck)

Nasib baik, nasib mujur (barakah). Tidk ada satu teoripun di dunia ini yang bisa mengungkap secara detail rahasia Tuhan yang bernama kemujuran, keberuntungan, keberkahan, dan semacamnya meskipun ia nyata-nyata ada dalam praktik hidup sehari-hari.

Namun begitu, tuhan telah memberikan petunjuk untuk mendapatkan keberuntungan, kemujuran, dan semacamnya. Rahasia seperti apakah yang perlu kita sadari? Salah satu yang terpenting adalah memiliki kemauan keras, memiliki kesadaran bertanggung jawab atas berbaikan diri, dan menghilangkan secara bertahap nafsu keras kepala.

Meskipun jalan tuhan itu jumlahnya tak terhitung, tetapi akan sulit kita dapatkan kalau didalam batin kita ada banyak kotoran yang membuat kita bermalas-malasan, selalu mengandalkan orang lain, dan mengandalkan datangnya nasib baik, apalagi ditambah dengan nafsu keras kepala ( lawan dari kemauan keras).

Seperti yang diakui oleh mantan presiden amerika, thomas jefferson. Ia termasuk orang yang yakin betul akan adanya keberuntungan di dunia ini. Semakin giat dirinya bekerja, semakin banyak keberuntungan yang datang. Ia mengatakan, “saya merasakan bahwa semakin giat saya bekerja, semakin banyak keberuntungan yang ia miliki.”

“Meskipun tidak ada orang yang menginginkan kegagalan, tetapi kenyataanya kegagalan itu tak bisa dihindari.”

Ralp marston, seorang motivator, pernah menulis, “sepertinya ada kontradiksi didunia ini : semakin giat kamu bekerja semaki mudah hidup ini. Nasib baik akan mendatangai seseorang yang tidak menggantungkan dirinya pada nasib baik.”

Itulah kenapa al-quran menegaskan, “sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang menyucikan jiwa. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. “ (QS. Syams ; 9-10)

Memang benar, ketika kita punya keinginan yang menyala, maka hidup kita akan termotivasi untuk mewujudkan keinginan itu. Hanya saja, praktik hidup menetapkan harus ada kegagalan dalam usaha mewujudkan keinginan atau impian.

Meskipun tidak ada orang yang menginginan kegagalan, tetapi kenyataanya kegagalan itu tak bisa dihindari. Jika kita hanya termotivasi oleh keinginan tetapi hancur oleh kegagalan, maka sumber motivator kita akan kalah oleh sumber demotivator yang ada dalam pikiran kita.

Memang benar, dengan mendapatkan perlakuan atau pemberian yang baik dari orang lain, semacam gaji naik, dukungan naik, dan lain-lain akan membuat hidup kita lebih termotivasi.

Hanya saja, praktik hidup ini isinya bukan hanya itu. Ada penghinan dan perlakuan yang tidak fair. Akan tetapi, tidak mungkin kita bersuara keras kalau ada penghianatan, penggembosan, dan lain-lain.

Jika kita hanya termotiasi oleh pujian, pemberian atau dukungan, dan hancur oleh hinaan, penggembosan atau perlakuan bueuk dari orang lain, maka motivtor kita akan kalah oleh setan demotivator.

Memang benar, jika seadainya dunia ini selalu berjalan mendukung rencana kita, tentulah hidup kiya akan termotivasi. Tetapi praktiknya tidak begitu. Ada keadaan tertentu yang memberikan pengaruh kemudahan kepada kita. Dan sma ini berada di luar kontrol kita.

Jika kita hanya termotivasi oleh keadaan yang mendukung dan hancur oleh keadaan yang tidak mendukung, maka motivator kita akan kalah oleh demotivator yang muncul dari benak kita. Di sinilah perlunya membersihkan jiwaitu agar kita tidak kalah oleh demotivator yang dimunculkan oleh keadaan buruk.

No comments:

Post a Comment