Ajaran konfusian tetap merupakan jantung kebudayaan cina meskipun budhisme dan ajaran kristen menyebar dicina, dan partai komunis cina terus menerus berkampanye untuk mengikis pengaruhnya dalam bangsa cina. Kekuatan ini tampaknya menjadi landasan bagi mereka untuk memasuki perekonomian global dan menjadikan abad 21 ini milik mereka.
David c.l ch’ng (the overseas chines entrepreneurs in east asia, 1993) menilai, secara luas diakui bahwa kebudayaan cina mempunyai suatu etos kerja yang menekankan pada keuletan dan kerajinan. Sejak peralihan abad ini, para pengamat barat yang menilai bangsa cina telah membuat gambaran setereotipe tentang mereka sebagai pekerja yang tidak kenal lelah. Setidaknya ada 3 penjelasan tentang etos kerja orang-orang cina.
Pertama, orang-orang cina dibesarkan dengan nilai-nilai berbeda. Nilai positif tentang kerja keras secara kuat ditanamkan dalam diri anak-anak cina pada usia dini. Bagi komunitas cina perantauan, kerja dihubungkan dengan kumpulan nilai yang kompleks, mencakup pengorbanan diri, saling ketergantungan, rasa percaya diri dan hemat.
Kedua, etos kerja orang cina mempunyai orientasi kelompok. Individu tidak bekerja semata-mata untuk keuntungan pribadi, melainkan pertama-tama untuk peningkatan kesejahteraan keluarga dan kemudian untuk kebaikan bersama masyarakat. Inilah ciri khas yang dimiliki orang cina. Pantang bagi mereka suksess sendirian. Kalaupun sukse, mereka harus bisa mensukseskan keluarga dan orang lain, yang sekomunitas dengan mereka.
Ketiga, orang cina bekerja keras untuk mendapatkan imbalan mteri dalam komunitas cina perantauan, kemakmuran, perasaan yaman dan aman dalam usia lanjut, menduduki posisi sentral dalam presepsi bersama tentang kehidupan yang baik. Maka, agar mereka merasa nyaman dan aman saat memasuki usia lanjut, mereka harus mendapatkan materi setimpal dari setiap pekerjaan yang mereka lakukan.
Selain tiga hal diatas, sejak kecil warga keturunan cina perantauan, terutama yang ada di indonesia selalu diajarkan untuk tahu diri karena mereka merupakan kaum minoritas. Sehingga dalam bereaksi tidak boleh terlalu menonjol atau berlebihan meminta bantuan kepada orang lain.
Dalam pekerjaan, masyarakat cina harus mampu mennguasai banyak jenis pekerjaan, mulai dari paling mudah hingga yang paling sulit. Mereka menanamkan suatu ideologi bahwasetiap usaha atau pekerjaan tidak selalu permanen, seperti layaknya berputar, suatu saat di atas, lain wakyu dibawah. Modal masyarakat cina buan berupa uang saja, tapi juga berupa keterampilan, semangat dan kepercayaan dari relasi. Kesemunya itu akan membuahkan suatu hasil.
No comments:
Post a Comment