Tahun 2009merupakan tonggak baru industri mobil korea selatan (selanjutnya disebut korea). Untuk pertama kalinya sejak korea membuat mobil, mereka memenangi nort american car of the year award, penghargan yang di berikan oleh 50 wartawan otomotif terkemuka di amerika serikat. Penerimaan penghargaan adalah hyundai genesis, pendatang baru relatif murah (US$ 45ribu), yang berhasil menyaingi lexus, mercedes dan BMW.
Sementara itu, samsung elektronik yang bercikal bakal sebagai pedagang beras, kini berhasil menjual samsung galaxy tab sebanyak 2 juta unit. Ini pencapaian hebat karena penjualan setinggi itu di capai hanya dalam waktu tiga minggu setelah produk di luncurkan. Dengan pencapaian ini, samsung galaksi tab bisa memproklamasikan diri sebagai ablet android terlaris di dunia, meski untuk pasar tablet secara keseluruhan apple masih memegang pasar dengan iPad-nya. Di indonesia, raksasa elektronik asal korea itu mengklaim mendominasi pasar tablet PC indonesia dengan meraih 71% market share.
Menurut myung oak kim dan sam jaffe penulis buku, the new korea, an inside look at south korea’s economic rise etos kerja dan semangat kolektif yang di miliki bangsa korea benar-benar menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi negara itu sejak 1960-an. Keduanya, menurut laporan bank dunia 2008, telah mengantarkan pertumbuhan ekonomi yang spektakuler selama 40 tahun dan transformasi ekonomi yang berhasil melambungkan status korea sebagai negara dengan perekonomian terbesar ke-15 di dunia.
Etos kerja dan semangat kolektif itu diimplementasikan kedalam strategi perencanaan terpusat, penekanan pada ekspor industrialisasi yang tergolong ambisius, dan dedikasi dari angkatan kerja terdidik. Mempelajari perkembangan ekonomi korea ini, myung oak kimdan sam jaffemembagi pertumbuhan korea menjadi tiga tahap.
Tahap pertama atau yang disebutnya sebagai korea 1.0 digulirkan sejak, park chung-hee berkuasa awal 1960-an. Tanda-tanda korea 1.0 menjadi bagian dari raksasa ekonomi dunia mulai kelihatan setelah korea membangun industri mobil dan perkapalan. Prestasi itu dicapai karena industri korea berhasil menganbil keuntungandari etos kerja yang di disipinkan oleh negara dan upah rendah.
Pasca krisis ekonomi 1998, ekonomi negara gingseng itu memasuki era korea 2.0 pada era ini, etos kerja masih menjadi andalan, tetapi upah yang rendah hilang. Perekonomian korea sekarang didominasi oleh industri baru, seperti hiburan, perangkat lunak, dan manufaktur perlengkapan telekomunikasi. Binis di industri ini menjanjikan upah rata-rata lebih tinggi.
Pendapatan korea saat ini di atas US$ 20 ribu perorang. Ini menempatkan korea dalam jajaran negara industri eropa dan mendekati jepang (US$ 38 ribu) dan bahkan membuka pintu untuk bersaing dengan AS (US$ 47 ribu).
Tantangan korea sekarang adalah bagaimana terus meningkatkan kemajuan dan pendapatan pekerja dari US$ 20 ribu menjadi US$ 40 ribu. Di sisi lain, korea harus bersaing dengan negara berupah rendah seperti cina dan india.
Korea saat ini mirip jepang 30nntahun lalu. Pada 1980-an, jepang berhasil memasukkan dirinya kedalam kelompok nyaman sebagai pemimpin ekonomi dunia. Jadi, bagaimana korea bisa erus tumbuh dan menghindari dekade yang hilang seperti dialami jepang sekarang?
Selama 20 tahun terahir, jepang tetap menekankan keselamatan dalam kebijakan ekonomi dengan mengandalkan pertumbuhan dan dukungan konglomerat multinasional. Menurut sifatnya, seperti hanya perusahaan besar, pertumbuhan jarang yang berlangsung sangat cepat, seyogyanya, korea dapat menghindari dua kesalahan yang dilakukan jepang itu, karena memiliki pengalaman bagaimana memperbaruhi strategi pertumbuhan ekonominya saat dilanda resesi pada tahun 1998.
Selama 1998 akibat runtuhnya keuangan, korea merupakan salah satu negara yang menghadapi krisis mengerikan. Namun, negri ini berhasil mengubah krisis menjadi kesempatan melalui kampanye hallyu yang artinya gelombang budaya korea (kim 2008). Hallyu sebagai alat soft power berhasil mengantarkan korsel melewati krisis dan bahkan meningkatkan status ekonomi mereka (the economist, 2010).
Hallyu atau korean wave digunakan untuk menggambarkan populeritas budaya populer korea (K-POPPED, 2007). Jutaan orang cina, hong kong, taiwan, singapura, jepang, filipina, thailand dan indonesia di pengaruhi oleh pop korea. Mereka menonton drama tv korea, film dan mendengarkan musik pop mereka. Sebagai suatu fakta, media merupakan awal dari sebuah gelombang besar.
Konsekuwensi dari semua itu adalah perubahan luar biasa ketika oran yang melihat produk-produk media itu bersedia menghabiskan uang mereka untuk membeli mulai dari kosmetik hingga ponsel yang ditampilakn di drama tv, atau yang di sajikan oleh aktor/penyanyi favorit mereka. Selain itu, semakin banyak orang yang tertarik makan masakan korea dan bepergiaan ke korea, terutama mengunjunginlokasi pengambilan gambar drama tv atau film korea terkenal. Beberapa perkembangan itu kemudian menjadi norma, terutama bagi yang fanatik (huang, 2009).
Ketika ditayangkan pertama kali pada 2002, winter sonata menyajikan sesuatu yang baru, yakni gambaran tentang gambaran keluarga korea modern dan pecintaan. Sebelumnya, selama puluhan tahun, tayangan drama tv korea begendre sejarah korea kuno dan cerita tentang keluarga diperkotan. Format ini sukses meraih pemirsa korea, terutama orang dewasa dan ibu rumah tangga yang melihat pertunjukan ini sebagai cara bersantai yang menyenangkan setelah seharian sibuk menjalankan tugas rumah tangga seperti memasak, menggurus suami dan anak.
Kesuksesan winter sonata mendorong drama korea ini ke pangung internasional. Pada 2003 ditayangkan dijepang dan menjadi sensasi seketika. Acara ini lebih populer dari acara apapun dari luar negeri. Rating poiny-nya melebihi pringkat gabungan serial tv as blockbuster re, allymcbeal dan friends. Sementara peluncuran pertama dvd-nya terjual habis dalam empat jam. Dari jepang, kesuksesan winter sonata terus merambah ke cina dan asia tenggara, kemudian kebelahan dunia lainnya termasuk amerika latin dan sebagian afrika. Serial drama tv ini menjadi lambang dari hallyu. Kesuksesan film dan program tv ini mendorong banyak bintangnya semacam pemandu sorak industri pariwisata korea.
Budaya korea telah menjadi salah satu produk ekspor yang menyebar ke negara-negara diseluruh asia. Berarti, budaya menghasilkan pendapat negara. Pada 2005 saja, korea memperoleh pendapatan total dari ekspor “barang-barang budaya” lebih dari u$$ 1 miliar atau dua kali lipat dibanding tahun 2002 yang hanya u$$ 500 juta.
Keberhasilan korean wave berdampak signifikan pada berbagai sektor dinegaranya seperti kenaikan dibidang pariwisata dan masakan, citra negara dalam prsepsi negara-negara lain. Ini menimbulkan rasa ingin tahu yang kuat dalam pikiran kita bagaimana hal itu bisa terjadi.
Keberhasilan korea dalam memperluas budaya popnya ke negara lain berdampak positif yang signifikan dalam meningkatkan produk domestik bruto pariwisata dan industri budaya (dator dan seo,2004). Namun, dibalik keberhasilan ekspor budaya itu, beberapa peristiwa yang menimpa para artis korea kini juga menjadi sorotan. Tekanan untuk menjadi sempurna begitu terasa di industr hiburan korea.
Operasi plastik menjadi isu yang lumrah demi kesempurnaan fisik sang bintang. Budaya dan masyarakat korea telah berubah secara signifikan dalam 10 tahun terakhir. Homogenitas etnis negara telah digantikan oleh bentuk multikultularisme sebagai konsekuensi dari makin banyaknya pekerja, eksekutif asing dan pasangan buruh asing yang merassa korea telah menjadi rumah mereka. Selain itu, semakin banyak perempuan yan masuk ke sektor tenaga. Konsekuensinya, struktur sosial tradisional runtuh cepat.
Meski demikian, etos kerja yang disiplinkan pemerintah berdasarkan ajaran konfusius masih melekat pada mereka. Konfusianisme didasarkan pada keyakinan bahwa orang perlu bekerja untuk kebaikan kelompok dan bangsa ini. Mengimplikasikan pandangan bahwa kebutuhan, ambisi, dan kekhawatiran pribadi menjadi kurang penting. Filsafat ini sangat memengaruhi dan telh bekerja dengan baik dalam bisnis korea.
Semangat kerja sebagai tim dan loyalitas pekerja sanggat berperan dalam meningkatkan kinerja ekonomi negara itu. Para pekerja korea umumnya bekerja beberapa jam lebih panjang dari negara maju lainnya, bahkan ada kcenderungan terus meningkat. Tahun 2007, berdasarkan laporan tahun 2008 organisasi untuk kerja sama ekonomi dan pembangunan (oecd), rata-rata peerja orea bekerja 2.261 jam pertahun atau 200 jam lebih tinggi dibanding 1994.
Ini jauh melampaui sebagian besar dari 22 negara maju yang tergabung dalam oecd. Rata-rata pekerja jepang misalnya, hanya 1.800 jam pertahun. Smentara pekerja di as berada jauh dibawah itu.
“perbedaan utamanya terletak pada falsafah kerja mereka. Mereka menghabiskan seluruh hidupnya dikantor. Mereka tidur disana. Semuanya berhubungan dengan pekerjaan mereka”, kata rahul prabhakar, warga negara india yang telah bekerja di samsung electronic sejak 2005. “dibarat, itubterjadi sampai batass tertentu, tapi masih ada pemisahan antara kerja dan kehidupan pribadi. Di korea , tidak ada pemisahan”.
No comments:
Post a Comment