Sebelumnya, kita telah membahas soal fungsi motif batin atau motivasi baik sebagai pendorong, pengarah, maupun penyeleksi. Harus kita akui, enjelasan ini memang masih netral.
Tapi dalam praktiknya, motivasi itu tidak netral. Artinya, motivasi haruslah dilandari nilai-nilai dari suara hati yang benar. Jika tidak, maka motivasi tersebut akan merusak, baik diri kita, orang lain, maupun lingkungan.
Menurut imam ghazali, motif yang mendorong seseorang atau naluri itu ada yang memiliki sifat tuhan, sifat setan, sifat binatang buas, dan sifat binatang biasa. Ketika kita korupsi atau memanipulasi, maka naluri kita adalah naluri binatang buas karena kita telah membunuh atau menerkam orang lain.
Makanya, dalam kajian spiritual, seperti ditulis lan marshall dan danah zohar (2005), ada perbedaan antara motivasi plus dan motivasi minus. Tugas kita adalah mengontrol motivasi minus dan membangkitkan motivasi plus. Tujuannya agar kita meraih kemajuan, keselamatan, dan kemaslahatan, baik bagi diri kita maupun sesama.
No - Motivasi Plus - Motivasi Minus
1. - Eksplorasi (+10) - Penonjolan diri (-1)
2. Kecenderungan bergaul (+2) Kemarahan (-2)
3. Kekuatan diri (+3) Keserakahan (-3)
4. Penguasaan (+4) Rasa takut (-4)
5. Generativitas (+5) Keresahan (-5)
6. Pengabdian yang lebih tinggi (+6) Apati (-6)
7. Jiwa dunia (+7) Malu dan rasa bersalah (-7)
8. Pencerahan (+8) Dipersonalisasi (-8)
Eks plorasi (+1) terkait dengan rasa ingin tahu dan sikap terbuka atau menerima apapun yang disuguhkan oleh kehidupan di hadapan kita. Orang dengan motivasi ini selalu berada dalam dialog yang terbuka dengan lingkungan.
Penonjolan diri (-1) terkait dengan ketidak pedulian, persaingan yang tak terkendali, sikap terpusat pad diri sendiri, dan agresi. Orang yang menonjolkan dirinya, punya keinginan untuk berkuasa dan keinginan ini membuat mereka berkonflik.
Misalnya, kita memiliki keinginsn untuk naik jabatan di pekerjaan atau prestasi disekolah. Jika keinginaan itu didorong oleh motif untuk menonjolkan diri, maka energi batin yang mendekte kita akan mengeluarkan asap panas. Kita mudah berkonflik dengan orang. Kita tidak mau peduli dengan oranglain. Kita akan mempraktikan hantam sana dan hantam sini.
Tapi jika motifnya memang untuk mengembangkan diri, maka hawa yang dihasilkan dari energi batin kita akan dingin, bersahabat dengan orang lain, memikirkan kepentingan orang lain juga, tetap menjaga keseimbangan, dan menyatukan orang lain.
Kecenderungan bergaul dan bekerjasama (+2) terkait dengan ikatan loyalitas kuat yang sering didasarkan oleh kesamaan nilai-nilai dan tujuan. Orang yang suka bergaul, lebih suka berkawan dan lebih suka berkumpul dengan teman ketimbang sendirian. Orang yang termotivasi oleh semangat ini akan menjadi anggota tim yang bagus.
Kebalikanya adalah kemarahan (-2) orang yang pemarah biasanya bersikap angat dingin, berhati-hati menahan emosi, atau berperilaku berapi-api dan membiarkan kemarahanya dimuntahkan disembarang tempat.
Sebagian demonstran kita sekarang ini lebih sering didorong oleh motivasi minus berupa kemarahan. Mereka berdemo bukan untuk mencari solusi melalui jalur diskusi atau dialog, saling mendengarkan, atau saling berbagi, tetapi lebih merupakan letupan amuk yang merugikan sehingga akal sehatnya hilang.
Hasilnya apa? Hasilnya pasti tidak akan melebihi dorongan untuk bekerjasama (motivasi plus). Munculkan motivasi untuk bekerjasama supaya proses dan hasilnya bagus. Memang, sebagian besar kita lebih cenderung memilih amarah kaena mudah dan instan.
Kekuatan diri (+3) terkait dengan kemampuan seseorang untuk menciptakan kekuasaan dari dalam diri sendiri (self-mastering). Mereka adlah orang yang berpusat pada diri mereka sendiri. Mereka tahu siapa yang mereka cintai dan apa yang mereka hargai. Mereka punya integritas dengan makna sebenarnya.
Keserakahan membuat kita cemburu, karena dalam apapun yang dimiliki orng lain, kita melihat sesuatu yang kita inginkan. Keserakahan adalah dasar dari semua kecanduan.
Misalnya, praktik korupsi yang dilakukan orang-orang kaya. Apa yang memotivasi mereka? Mereka korupsi bukan karena kekurangan uang atau miskin. Mereka korupsi supaya bisa lebih kaya dari teman atau tetangganya. Jadi, yang mendorongnya untuk korupsi ialah kerakusan.
Penguasaan (+4) terkait dengan ketrampilan interpersonal yang lebih bagus khususnya nilai atu ketrampilan dari suatu profesi, suatu tradisi, suatu sistim pemahaman yang lebih luas atau suatu visi bersama. Perilaku dan keputusan seorang master akan memperlihatkan sebuah disiplin batin dan memunculkan kesan “menglir”.
Kebalikanya adalah rasa takut (-4). Rasa ini terkait dengan kecemasan, kecurigaan, perasaan terancam, dan rasa rentan diserang. Takut adalah lawan dari perasaan menguasai keadaan. Orang yang dimotivasi oleh rasa takut selau ingin membela diri atau melindungi diri (defensif).
Orang yang dikuasai rasa takut akan selalu iri, dengki, dan selalu menghawatirkan orang lain. Akibatnya, hubungan dia dengan orang lain selalu politis dan manipulatif serta waswas. Rasa takut demikian akan timbul karena minimnya penguasaan yang bersangkutan terhadap ketrampilan atau nilai-nilai. Jadi, selalu saja goyah dan takut.
Generativitas (+5) adalah manifstasi khusus dari kretivitas yang digerakkan oleh cinta dan hasrat ini menjadi semangat bermain-main dalam kreativitas mereka.
Kebalikanya adalah keresahan (-5). Keresahan muncul dari sebuah perasaan bingung atau putus asa akan apa yang harus dilakukan atau di putuskan sehingga proses kreatif pun terhalang. Orang-orang yang resah biasanya kehilangan kreativitas dan strategi.
Pengabdian yang lebih tinggi (+6) adalah motif yang menggerakkan pemimpin pengabdi. Pemimpin ini sama seperti kesatria : mereka mengabdi pada nilai-niai transpersonal seperti keadilan, kebaikan, menyelamatkan penderitaan dan lain-lain.
Kebalikanya adalah apati (-6) dalam apati itu, kita dipenuhi oleh perasan anomi, perasaan bahwa tidak ada lagi peran yang bisa dimainkan dalam hidup ini. Orang yang apati sangat sedikit memiliki energi, hanya semata-mata untuk terus bertahan hidup. Mereka hanya memperlihatkan sedikit minat pada apapun dan kerap melantarkan diri mereka sendiri dan urusan-urusan mereka.
Jiwa dunia (+7) terkait dengan motivasi untuk merayakan aspek ilahiah dari dunia sehingga mereka pun terdorong untuk menggunakan strategi yang mendukung tercapainya tujuan itu.
Kebalikanya adlah rasa malu dan rasa bersalah (-7). Malu dan rasa bersalah mengisi seseorang dengan perasaan yang nyaris sepenuhnya bertolak belakang dengan perasaan yang dialami oleh orang-orang yang memiliki motivasi jiwa dunia.
Orang-orang yang memendam rasa maludan rasa bersalah, mereka merasa sepenuhnya berada jauh dari level realitas yang bermakna atau lebih dalam. Mereka terpisah dari eksistensi dirinya sendiri, terpisah dari realitas kehidupanya, dan terpisah dari linkungannya.
Pencerahan (+8). Terkait oleh kemampuan dalam menyerap dan meleburkan diri dalam nilai-nilai yang sifatnya mutlak. Mereka tidak terbimbing oleh nafsunya (keinginan diri), tetapi terbimbing oleh nilai-nilai yang diserapnya. Mereka berdamai dengan diri mereka, realitas kehidupan, dan dengan lingkungannya.
Kebalikany adalah dipersonalisasi (-8). Seorangyang mengalami dipersonalisasi tidak memiliki prinsip yang dipedomani atau yang lebih sering terdikte oleh nafsu egoisme yang menggelapkan, sehingga kita menerima nikmat dia foya-foya, tetapi ketika nikmat itu hilang dia tidak sabar.
Dalam agama, ada tiga istila yang bisa membedakan kelompok yang mendapatkan pencerahan dan kelompok yang mengalami dipersonalisasi. Tiga istilah itu adlah mukmin, munafik dan kafir.
Mukmin adalah orang yang membekali diri dengan pencerahan-pencerahan dan amal kebajikan. Munafik adalah orang-orang yang sibuk untuk menciptakan citra kepada orang lain, sementara didalam dirinya kosong. Sedangkan kafir adalah orang-orang yang “menikmati” dunia dengan hawa nafsunya.
“dialah yang menciptakan kamu, maka diantara kamu ada yang kafir dan diantara kamu ada yang beriman. Dan allah maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. At-taghabun :2)
Pencerahan adalah motivasi yang mendorong orang-orang mukmin. Mereka yakin akan kebenaran yang abstrak dan keyakinan itu membentuk karakternya. Sedangkan dipersonalisasi adalah motivasi yang mendorong orang munafik atau orang kafir.
Dari delapan jenis motifasi di atas, baik yang plus atau yang minus, manakah yang kira-kira menguasai kita? Mungkin tidak ada orang yang selamanya menggunakan motifasi plus, tapi yang penting adalah jangan sampai kita dikuasai motivasi minus terlalu lama atau selamanya. Ini pasti membahayakan dan meruikan.
No comments:
Post a Comment