Dibawah ini adalah serangkaian proses yang bisa kita tempuh untuk meperbaiki sistem penanganan kita terhadap kegagalan :
Peluang devinisi
Ketika jumlah keggalan Edison sudah mencapai 9.999, seorang wartawan bertanya kepadanya, “apakah anda akan terus melakukan kegagalan sampai 10.000 kali?” apa jawab Edison? Jawabnya begini kira-kira :
“Saya tidak gagal, saya baru saja menemukan sepuluh ribu cara yang belum bekerja.”
“Saya tidak berkecil hati sebab setiapkegagalan adalah bentuk lain dari langkah maju.”
“Hanya karena sesuatu terjadi meleset dari skenario perencanaan, tidak berarti sia-sia tanpa guna.”
Itulah contoh dari penggunaan jurus memperluas definisi kegagalan yang saya maksudkan. Jika eksperimentasi Edison sudah gagal sebanyak 9.999 kali masih belum diakui sebagai kegagalan, lalu berapa yang kita tetapkan untuk kata sendiri?
Semua orang punya kebebasan yang sama seperti edison untuk menetapkan jumlah kegagalan yang akan dijadikan alasan untuk putus asa dan alasan untuk maju terus melawan kegagalan. Berapapun angka yang kita tetapkan, hendaknya perlu kita perluas, perlu kita tambah, dig more little. Kalau dulu kita baru gagal tiga kali kemudian kita jadikan alasa untuk menyerah, maka sekarang perlu kita tambah sesuai keadaan kontekstual diri kita.
Bahkan jika kita sanggup, tak perlu lagi ada angka pembatas yang kita ciptakan di kepala kita, seperti halnya Edison. Selama apa yang kita usahakan belum berhasil, berarti belum pantas kit menyerah.
Bagaimana akhirnya kita tetap belum mendapatkan apa yang kita inginkan, padahal sudah berusaha mati-matian? Jika yang kita tempuh adalah perjuangan, maka sampaipun kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, biasanya hidup ini akan mengganti dengan sesuatu yang setimpal atau bahkan lebih bagus. Kita akan menemukan hal lain yang nilainya setimpal atau lebuh bagus, tergantung usaha kita. Hanyalah salah satu contoh dari tak terhitung misalnya yang dibuat oleh tuhan di dunia ini.
Ia memang gagal menjadi eksekutif perusahaan, tetapi karena ia berusaha terus untuk menjadi lebih baik, maka ia menjadi kartunis. Orang prancis punya pepatah, “sering kali kita mendapatkan sesuatu dari jalan yang mulia kita tolak.”
Cara lain yang bisa kita lakukan untuk memperluas definisi kegagalan adalah mengganti persepsi di kepala kita tentang kegagalan. Bedakan antara usaha yang gagal dan orang yang gagal.
Usaha yang gagal bukkanlah dosa, aib, sesuatu yang bisa kita hindari, dan bukanlah pula sesuatu yang bisa kita pilih. Kegagalan yang menimpa usaha kita adalah konsekuensi dari usaha itu sendiri. Andaikan kita menolak berusaha, tentulah tak akan ada kegagalan.
Namun demikian, menjadi orang yanggagal atau tidak, adalah murni pilihan kita. Kenyataan hidup ini tidak menciptakan kita menjadi orang gagal atau menjadi orang berhasil. Kitalah yng di beri pilihan.
Kalau kita sudah memilih menjadi orang gagal, maka kita kalah oleh diri kita. Pada kondiei seperti ini, sulit mengatakan bila kita bisa membangaun keberhasilan dari kegagalan yang menimpa kita.
Ciptakan makna
Makna adalah apa yang kita ciptakan didalam batin dari kenyataan yang menimpa kita. Makna tidak tergantung dari kenyataan melainkan tergantung pada diri kita. Kenyataan tidak menciptakan makna apa-apa, tetapi kitalah yang menciptakannya. Makna adalah apa yang terjadi didalam diri kita (what is in us), sedangkan kenyataan adalah apa yangterjadi atas kita ( what is on us). Ketika usaha kita gagal, maka kegagalan ini bisa kita maknai tergantung pilihan kita.
Kita bisa menciptakan makna bahwa kegagalan adalah penghancur usaha kita atau kita bisa pula menciptkan makna bahwa kegagalan ini merupakan pembangkit, penunjuk, dan pendorong usaha diri kita. Edison memaknai kegagalan usahanya bukan sebagai sesuatu yang tanpa guna.
Cara kerja yang kita ciptakan di dalam batin kita sangatlah menentukan keputusan kita. Dan keputusan kita sangatlah menentukan tindakan kita atas kenyataan yang menimpa.
Bisa kita buktikan sendiri di lapangan : jika makna positif yang kita ciptakan di dalam batin kita, maka setidak-tidaknya kita tidak malah dibikin hancur oleh kegagalan. Keadaan mental seperti inilah yang sangat kita butuhkan pada saat usaha kita menghadapi kenyataan pahit berupa kegagalan.
Hal ini tentu berbeda denngan ketika kita secara sadar atau tidak sadar menciptakan makna negatif dalam batin, semacam kesimpulan bahwa kegagalan merupakan penghancur diri dan usaha kita. Jangankan kegagalan yang bertubi-tubi, terhadap kegagalan kecil saja, mungkin kita sudah kala.
Jadilah Pemenang
Doktrin tao mengajarkan dua hal kepada kita. Pertama, kita harus menjadi warrior (jagoan) bagi diri sendiri. Kitalah yang harus bertanggung jawab untuk menyukseskan usaha sendiri. Kitalah yang harus berusaha lebih dulu untuk memperbaiki diri. Kitalah yang harus memperjuangkan ide, gagasan, dan keinginan kita. Dalam tradisi seorang warrior, merebut tanggung jawab bukanlah sesuatu yang bisa dipilih antara mau dan tidak mau, antara suka dan tidak suka. Tanggung jawab itu diterima seratus persen.
Warrior adalah sosok yang merebut tanggung jawab tanpa syarat, bukan membiarkan tanggung jawab. Nogame, seorang atlit yang berprestasi menjelaskan, “bagi seorang jagoan, tanggung jawab personal bukan lagi menjadi pilihan, antara menerima atau menolak, melainkan harus di terima seratus persen sebagai amanat.”
Kedua, kita harus menjadi peyembuh (healer) bagi diri sendiri. Kapan kita harus menjadi penyembuh? Yang paling dibutuhkan adalah pada saat usaha kita sedang tertimpa kegagalan. Saat itulah tak ada yang bisa menyembuhkan diri kita kecuali kita sendiri.
Cara yang bisa kita lakukan untuk menyembuhkan adalah :
- > Berpikir positif
- > Mengambil keputusan positif
- > Melakukan hal-hal yang positif
- > Menemukan orang yang positif dan bisa mempositifkan kita
- > Membaca buku
- > Melakukan ritual ibadah tertentu yang secara pengalaman sudah terbukti buat kita
- > Dan lain-lain
Koreksi maju adalah koreksi yang kita lakukan pada saat kita mengusahakan sesuatu untuk maju. Koreksi maju adalah jenis koreksi yang hasilnya akan kita gunakan untuk mendorong dan memperbaiki langkah. Koreksi maju adalah jenis koreksi yang membangkitkan, mencerahkan, dan menunjukkan diri kita kearah yang lebih baik.
Setiapkegagalan yang menimpah usaha kita, selau ada sesuatu yang kurang, ada sesuatu yang menyimpang, dan ada sesuatu yang belum cocok. Mengetahui apa yang kurang lalu kita lengkapi, mengetaahui apa yang menyimpang lalu kita luruskan, dan mengetahui apa yang meleset lalu kita ccocokkan adalah bagian penting dari koreksi kita atas kegagalan.
Lakukan sesuatu di bidang anda, tetapi koreksilah apa yang salah, lengkapilah apa yang kurang, luruskan langkah anda ketika menyadari ada penyimpangan. Lakukan sesuatu di bidang anda, tetapi jangan lupa untuk bangkit ketika kenyataan pahit membuat anda roboh. Lakukan sesuatu di bidang anda, tetapi jangan lupa untuk menaikkan standar pencapaian ketika sasaran itu sudah anda capai.
Menemukan perbedaan
Menurut trevor bentley, penulis buku kreativitas (1997), untuk mengubah kegagalan menjadi keberhasilan dibutuhkan dua hal, yaitu : Pertama, sikap mental positif yang menegaskan bahwa anda tidak kalah oleh kegagalan (pemenang). Kedua, mengetahui dan memiliki kemampuan untuk melakukan lima hal, yaitu :
1. Menyadari atas apa yang terjadi.
2. Mengetahui apa yang bisa anda pelajari dari kegagalan.
3. Mengetahui apa yang harus dilakukan secara berbeda atau melakukan hal yang berbeda.
4. Melakukan lagi
5. Mengulangi langkah dari 1 sampai 4 ketika kegagalan menimpa.
Dengan menjalankan langkah-langkah di atas, setidak-tidaknya kita tidak menjadi orang gagal akibat dari usaha kita yang gagal. Setidak-tidaknya, kemampuan kita untuk menghadapi kegagalan semakin bagus, semakin positif dan semakin baik.
No comments:
Post a Comment