Keinginan merupakan sumber motivasi yang bisa kita gali dari dalam sendiri. Semua orang punya “keinginan untuk menjadi atau keinginan untuk memiliki itu juga bisa di jadikan sebai sumber motivasi (dorongan maju), sebab dengan keinginan itu kita terdorong untuk meraihnya.
Tidak hany itu. Keinginanah yang membuat kita tahan dan tabah menghadapi realitas yang kurang ideal menurut kita. Seseorang mahasiswa yang kuat keinginannya untuk menyelesaikan studi, pasti lebih tahan menghadapi masalah.
Seseorang yang tidak ingin namanya cacat atau tidak ingin kepercayaan orang lain hilang, pasti lebih than memegang janji atau komitmen. Orang yang keinginannya lemah, biasanya motivasinya juga lemah.
Syarat untuk mendapatkan apa yang kita inginkan adalah menginginkan sebanyak mungkin apa yang hendak kita miliki. Inginkan diri anda untuk melakukan sesuatu sebanyak mungkin. Inginkan potensi anda untuk keluar sebanyak mungkin. Pasti akan anda dapatkan banyak hal.
Semakin banyak potensi yang kita keluarkan, maka semakin banyak yang kita lakukan. Dengan begitu, semakin banyak pula yang kita dapatkan. Itulah kenapa orang tua kita dulu mengajarkan untuk meraih cita-cita yang tinggi.
Meskipun semua orang sudah tahu bahwa cita-cita itu bukanlah sasarn yang secara mutlak bisa diwujudkan, tetapi dengan memiliki cita-cita diharpkan si anak bisa terus memiliki dorongan untuk maju. Meskipun nantinya si anak itu tidak mencapai cita-citanya seratus persen, tetapi dorongan (motivasi) itulah yang akan mengantarkan anak ke tempat yang tidak terlalu rendah.
Sudah banyak manusia didunia ini,yang meskipun tidak mencapai cita-citanya seratus persen, tetapi tuhan menggantinya dengan hal lain yang nilainya sama atau yang lebih bagus. Tentu saja tuhan mempunyai alasan tersendiri untuk mendatangkan gantinya itu.
Salah satu alasan yang paling rasional menurut manusia adalah memiliki motivasi untuk maju. Tidak mungkin tuhan memberikan sesuatu tanpa sebab. Bahwa ada sebab yang ketahuan dan yang tidak ketahuan, ini soal lain.
Les brown, seorang motivator, menyarankan, “bidiklah bintang yang tinggi. Setidak-tidaknya kalaupun meleset, melesetnya tetep di tempat yang tinggi.” kepada anak-anak muda, saya selalu mengompori. Bikinlah cita-cita yang tinggi, toh gratiskan?
Apa ruginya seseorang punya cita-cita yang tinggi? Apa untungnya kita punya cita-cita yang rendah? Bikinlah yang tinggi. Setidak-tidaknya itu aan memberi cahaya. Tapi, jangan diomomgin ke orang.
Imam al-ghazali, tokoh keilmuan islam, dalam ilya ulumudin menjabarkan bahwa dorongan untuk melakukan sesuatu itu bisa digli dari dua sumber :
- > K einginan kita untuk mendapatkan sesuatu (al-muyul ilan nail).
- > Keinginan kita untuk menghindari sesuatu (al-muyul ilal hurub).
Kedua keinginan itu adalah sesuatu yang diizinkan tuhan untuk ada didalam diri manusia. Dan karena atas izinya, maka ia tidak ada begitu saja, malainkan ada karena kegunanaanya.
Soal digunakan untuk apa, di sinilah kita diberi pilihan. Jika kita gunakan untuk kebaikan dengan cara yang baik, sudah pasti hasilnya kebaikan. Sebaliknya, bila kita gunakan untuk keburukan, dengan cara yang buruk pula, hasilnya juga keburukan.
Anthony Robbins, salah seorang motivator kelas dunia, menyimpulkan : penyebab oarang yang malas bukanlah kemalasan, bukan keinginan untuk malas. Tidak ada satu orang pun di dunia ini untuk malas.
Secara fitrah, tidak ada manusia di dunia yang bahagia dengan kemalasan. Kemalasan muncul karena keinginan seseorang yang tidak jelas. Kalau kita kabur melihat keinginan kita, tidak jelas apa yang kita inginkan untuk “menjadi” (to become) atau “memiliki” ( to have), maka langkah kita juga menjaadi kabur.
Karena rumusan keinginan itu tidak jelas di baca oleh mata batin kita, maka pada praktiknya, tidak jelas pula perjuangan kita. Munggkin inilah yang bisa menjawab kenapa justru si bos yang lebih giat bekerja di kantor ketimbang anak buah atau karyawannya.
Justru orang yang sudah meraih prestasi tinggi di bidangnya yang semakin giat berusaha mendapatkan prestasi yang lebih tinggi lagi. Justru orang yang sudah kaya yang lebih giat lagi dalam menangani bisnis.
Bill gate dan orang-orang sepertinya memiliki jam kerja yang jauh lebih tinggi dari kebanyakan orang. Saking besarnya dorongan untuk maju, sampai-sampai terkadang di butuhkan semacam pembatas untuk mengendalikanya agar tidak kebablasan dan membahayak kesehatan.
Trainer dan penulis buku greg aderson mengatakan, “ketika langkah anda sudah di motivasi oleh tujuan yang sangat bermakna bagi anda, cita-cita yang ingin anda capai cinta murni yang benar-benar ingin anda ekspresikan, maka anda sudah benar-benar bisa menjalani hidup sesuai yang anda inginkan.”
Studi ilmiah di bidang karier menemukan dua hal berbeda pada orang yang punya keinginan rendah dan keinginan tinggi. Mereka yang punya keinginan rendah, ternyata punya motivasi dan kreativitas yang rendah. Sementara mereka yang mempunyai keinginan tinggi, gairah dan kreativitasnya lebih tinggi.
Tinggi dan rendahnya keinginan disini dapat dilihat dengan menggonakan teori maslow. Keinginan yang rendah atau pendek adalah untuk mendapatkan materi atau kebutuhan fisik. Keinginan yang menengah adalah kebutuhn emosional dan sosial. Sedangkan keinginan yang tinggi adalah kebutuhan transformasi personal, yitu aktualitas diri.
Karena mereka memiliki motivasi dan kreativitas yang berbeda, maka pada akhirnya akan berbeda pula balasan yang mereka dapatkan. Sebanyak benih yang kta tanam, sebanyak itu pula hasil yang kita tuai.
Artinya, jika anda selama ini bekerja dengan niat untuk mencari uang, itu memang sah, boleh dan benar. Tapi, jangan sampai hanya uang yang anda inginkan. Inginkn juga untuk meraih prestasi atau untuk beraktuaalisasi diri.
Akan lebih baik lagi kalau anda juga meniatinya sebagai ibadah. Semakin banyak niat yang baik yang kita butuhkan, semakin banyak pula hal yang baik yang kita dapatkan. Karena itu, dalam agama, niat adalah rukun (pokok dalam aktivitas).
Al-quran menyuruh kita memiliki keinginn yang disampaikan dlam bentuk perintah berdoa untuk mengharapkan rahmat tuhan. Bahkan, al-quran mengingatkan bahwa ketika kita sudah kehilangan keinginan dan harapan yang membuat kita malas berdoa, maka kala itu juga kita sudah terancam oleh kesesatan dan kegelapan.
“Ibrahim berkata, ‘tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat.” (QS al Hijr: 560
Dalam hadis dijelaskan, yng dilarang ketika berdoa adalahal-qunuth, yakti putus asa duluan, yakin bahwa allah tidak akan mengabulkan doa kita, atau ragu-ragu atas doa kita. Nabi juga mengingatkan agar jangan sampai kita punya pikiran yang kira-kira bunyinya beini, “ saya sudah berdoa tetapi hasilnya nol. Lalu, untuk apa lagi berdoa?” pikiran demikian adalah presentasi dari keputusan kita atau pemangkasan atas keinginan yang muncul.
Sedemikian penting keinginan peranan itu dalam hidup kita, maka al-quran membuat semacam peringkat yang membedakan antara keinginan yang berkualitas rendah dan berkualitas tinggi.
Keinginan berkualitas tinggi atau paling bagus adalah seperti yang di ajarkan nabi muhammad melalui doa yang paling banyak beliau baca yaitu : “Ya tuhan, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jagalah kami dari api neraka.”
Melalui doa itu, nabi mengajarkan kita untuk memiliki keinginan berjangka pendek (ad-dunya) dan keinginan yang berjangka panjang (al-akhira). Bukan jangka pendek semata atau jangkka panjang semata.
Bukan saja keinginan untuk mendapatkan, melainkan keinginan untuk di hindarkan. Secara motivasi, keinginan yang berkualitas paling tinggi ini punya dampak lebih bagus di baniding keinginan yang berkualitas rendah.
Jika yang kita kejar hanya dunia (jangka pendek), maka hanya itu yang akan kita dapatkan. Jika yang, kita kejar adalah keduanya, maka kedunanya bisa didapatkan. Seperti yang termaktub dalam surah al-baqarah : 200-202 berikut :
“APABILA KAMU TELAH MENYELESAIKAN IBADAH HAJIMU, MAKA BERZIKIRLAH DENGAN MENYEBUT ALLAH, SEBAGAIMANA KAMU MENYEBUT-NYEBUT (MEMBANGKA-BANGGAKAN) NENEK MOYANGMU, ATAU (BAHKAN) BERZIKIRLAH LEBIH BANYAK DARI ITU. MAKA DIANTRA MANUSIA ADA YANG BERDOA, “YA TUHAN KAMI, BERILAH KAMI KEBAIKAN DI DUNIA DAN KEBAIKAN DI AKHIRAT DAN PELIHARALAH KAMI DARI SIKSA NERAKA.” MERKA ITULAH ORANG-ORANG YANG MENDAPATKAN BAGIAN DARIPADA YANG MEREKA USAHAKAN : DAN ALLLAH SANGAT SEPAT PERHITUNGANYA.
Tetapi, tentunya tidak semua keinginan
Meski dalam teorinya keinginan disebut sebagai sumber motivasi, namun dalam praktiknya tidak semua begitu. Semua orang pasti ingin meraih prestasi, tapi apakah semua orang punya motivasi yang tinggi untuk meraihnya?
Tentu tidak. Ada yang kuat, ada yang setengah-setengah, dan yang rendah. Yang membedaan disini adalah goal (tujuan yang jelas) dan wish (keinginan umu). Great minds have goal, other have wishes. Orang besar punya tujuan, sementara yang lain hanya punya keinginan.
Beberapa bentung keinginan yang kurang menghsilkan motivasi itu antara lain adalah keinginan umum. Umum disini pengertianya dimiliki oleh semua orang yang hidup didunia ini atau diucapkan hanya dengan mulut, tanpa penjiwaan dan pembuktian tindakan.
Misalnya, ingin sehat, ingin kaya, atau ingin terhormat. Semua manusia didunia ini pasti ingin sehat. Supaya keinginan itu dapat menghasilkan motivasi, harus di spesifikasikan sesuai keadaan dan kebutuhan.
Semua manusia juga ingin kaya, tidak ada yang ingin miskin. Supaya keinginan itu menghasilkan motivasi, maka perlu dispesifikasi. Misalnya, ingin menaikan produksi usaha, ingin menambah jaringan bisnis, dan seterusnya.
Semua manusia juga ingin terhormat dan tak ada yang ingin terhina. Suppaya keinginan itu menghasilkan motivasi, maka perlu dispesifikasi. Misalnya, ingin menambah jumlah sedekah, ingin meningkatkan kepada kebaikan tetangga atau tamu, dan seterusnya.
Bentuk keinginan lain yang kurang menghasilkan motivasi adalah keinginan yang tidak jelas. Keinginan seperti ini biasanya tidak jelas gambaranya, cara untuk mencapainya tidak jelas, dan pengethuan kita tentang seluk beluk hambatan di lapangn juga tidak jelas.
Karena pikiran kita tidak jelas melihat keinginan, maka praktik yang akan kita jalankan juga tidak jelas dan sering kali tidak mendapatkan motivasi yang kuat dari keinginan itu. Seperti kata orang bijak, “jika kita tahu seberapa dekat jarak usaha kita dengan tujuan, maka kita akan cenderung semakin giat.
Thomas watson pendiri perusahaan IBM, mengajarkan kita dari pengalaman hidupnya. Yang pertama kali ia lakukan adlah memiliki gambaran dikepalanya tentang seperti apa perusahaan yang ia inginkan. Setelah itu, ia menggambarkan sekian cara yang bisa digunakan untuk mewujudkan keinginan itu. Lalu yang terkhir, menggunakan cara yang sudah ia temukan untuk mewujudkan keinginannya.
Para atlit diajarkan tiga hal agar mereka selalu memiliki motivasi yang kuat dalam menjalani latihan dan meraihprestasi, yaitu :
- 1. Memperjelas visi (gambaran di batin tentang masa depanya).
- 2. Mempertebal keyakinan (yakin atas kemampuan diri sendiri dan yakin atas pembalasan tuhan bagi setiap usaha manusia).
- 3. Memperjelas metode (cara) untuk mencapai visi tersebut.
Semaki jelas pikiran seorang melihat ketiga hal itu, maka semakin kuatlah dorongan yang muncul dari dalam dirinya. Sebaliknya, semakin kabur pikiran seseorang tentang visi, keyakinan dan metodenya, semakin tidak jelas pula motivasnya.
Keinginan tertentu yang juga kurang menghasikan motivasi adalah keinginan utopis. Yaitu, bentuk keinginan yang tidak sesuai dengan kemampuan riil atau belum relevan dengan keadaan diri kita. Istilah yang tepat untuk menjelskan keinginan utopis ini adalah lamunan.
Kita punya keinginan tetapi dasarnya adalah lamunan, khayalan, atau fantasi. Nabi muhammad pernah berdoa agar dihindari dari angan-angan yang membuat beliau malas untuk melakukan kebaikan.
Dalam praktiknya, mungkn kita perlu membedakan antara khayalan utopis dengan khayalan idealis, seperti yang digunakan oleh penemu, para toko publik, para pejuang seperti hasyim asy’ari, Sokarno, Hata, dan lain-lain.
Kita perlu membedakan antara visi dan fantasi. Kita perlu membedakan cita-cita yang tinggi dan panjang angan-angan. Apasaja yang perlu dibedakan?
1. Yang pertama, untuk apa itu kita gunakan?
Para peraih prestasi memiliki idialisme yang tinggi, visi yang jauh kedepan, dan cita-cita hidup yang tinggi, lalu mereka gunakan sebagai petunjuk melangkah, cahaya, sinar, seperti fungsi langit bagi bumi.
Dari langitlah sinar matahari, sinr rembulan, dan air hujan diturunkan. Andaikan langit tidak ada, maka bumi ini akan kering dan gelap. Hal ini berbeda dengan khayalan yang dimiliki oleh kebanyakan orang.
Mereka tidak menjalankan khayalanya sebagai petunjuk untuk melangkah di atas bumi. Bahkan, mereka tidak melakukan apa-apa demi khayalanya. Mereka membuang-buang waktu dan energi untuk menghayalkan sesuatu, tidak punya program,\dan tidak punya aksi.
2. Yang kedua, Apa dasar yang kita gunakan?
Para peraih prestasi tinggi itu memiliki idialisme yang tinggi, visi yang jauh kedepan, dan cita-cita hidup yang tinggi, tetapi dasar yang mereka gunakan adalah usaha hari ini dan kemampuan yang sudah terbukti mereka miliki hari ini.
Ibarat naik tangga, jika langkah kita sudah smpai di tangga keempat, tentu sangat masuk akal kalau kita membayangkan supaya bisa sampai pada tangga ketujuh sebagai bukti kemajuan. Hal ini berbeda dengan khayalan yang dimiliki oleh kebanyakan orang. Mereka memiliki khayalan tetapi dassrnya bukan usaha dan bukan bukti kemampuan.
3. Yang ketiga, bagaimana struktur pencapaian yang ditempuh?
Para peraih prestasi yang tinggi memiliki idealisme yang tinggi, visi yang jauh kedepan, dan cita-cita hidup yang tinggi, tetapi mereka memiliki struktur pencapaian yang jelas urut-urutanya atau jelas skemanya berdasarkan kemampuan yang sudah dimiliki.
Bahkan ketiga visinya tidak bisa diwujudkan, mereka sudah mencapai kemajuan. Hal ini berbeda dengan khayalan yang dimiliki kebanyakan orang. Punya khayalan, tetapi tidak jelas strukturnya dan akhirnya banyak yang salah jalan.
Keinginan idealis menjadi motivator, sementara keinginan utopis menjadi demotivator. Visi memberikan motivasi, sementra fantasi melemahkan motivasi. Cita-cita tinggi mendorong kita untuk maju, sementara panjang angan-angan malah membuat kita malas maju.
Studi ara ahli menemukan bahwa para perih prestasi tinggi itu memiliki idealisme yang tinggi, dan merka punya kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan yang bisa dijalankan di lapangan. Mereka bukan sekedar orang yang pandai berpikir, tetapi juga orang yang pandai menjalankan pikirn dan lapangan.
Bahkan, ada keinginn yang merusak berupa kerakusan yang didorong oleh motivasi minus, seperti yang sudah kita bahas dimuka. Bahwa orang menjadi rakus bukan karena tidak punya, tetapi didalam dirinya ada kekosongan, kurang kendali, atau kehampaan jiwa.
MULAILAH DENGAN MEMPERJELAS KEINGINAN
Apa yang bisa kita lakukan untuk menggali motivasi dari keinginan itu? Salah satu yang terpenting adalah memperjelas keinginan tersebut. Bagaimana memperjelasnya? Langkah-langkah ini dapat anda terapkan :
1. Menjadikan sebagai tujuan
Bagaimana memperjelas keinginan itu? Salah satu yang diajarkan para ahli adalah memecah-mecah keinginan itu menjadi sebentuk tujuan (goal). Tujuan adalah sasaran dari usaha kita, bukan dari khayalan kita.
Bagaimana membuat tujuan? Para ahli mengajarkan kita dengan istilah SMART. Ini adalah singkatan yang penjabaranya sebagai berikut :
S = Specific. Sasaran kita harus berupa objek yang jelas seperti gawang dilapangan sepak bola : jelas, utuh, dan tunggal (spesific), atau juga seperti bangunan ka’bah yang secara fisik memang ada. Pikiran kita akan bekerja lebih bagus apakah sasaranny a sangat jelas.
M = Measurable (bisa diukur atau ada padanan fisiknya), sasaran kita harus berupa objek yang memiliki ukuran fisik untuk menandai apakah sasaran itu sudah tercapai atau belum ukuran fisik ini tergantung pada apa yang kita inginkan.
Kalau kita ingin mejadi orang terhormat, kira-kira ukuran fisiknya adalah derajat, posisi, jabatan, atau keahlihan. Uang, tanah, atau kendaraan adalah ukurn fisik kekayaan. Karya adalah ukuran fisik prestasi. Dan seterusnya.
A = Attainable (bisa dijangkau). Sasaran itu harus berupa objek yang secara akal bisa dijangkau oleh kemampuan kita, seperti orang menendang bola. Uuran ini jelas berbeda antara apa yang kita miliki dengan apa yang dimiliki orang lain.
Kalau kemampuan kita masih pendek, sebaiknya jangan membuat sasaran yang terlalu jauh. Sebaliknya, jika kemampuan kita sudah jauh, maka jangan membuat sasaran yang terlalu pendek.
R = Relevant (relevan). Sasaran itu harus berupa objek yang kira-kira kalu sasaran itu kita capai, ia memiiki nilai yang tinggi buat kehidupan kita. Ini untuk membangkitkan semangat dan dorongan. Sasaran itu harus menantang kita.
T = Time (waktu). Sasaran itu harus berupa objek yang cara, jalan, dan proses pencapaianya dapat kita gambarkan dengan jelas atau memberi pengaruh dalam hidup kita, maka perlu kita bumikan dengan menggunakan format SMART.
Semua orang ingin hidupnya bermanfaat, tetapi apa yang kita lakukan untuk supaya hidup kita bermanfaat? Ukurannya apa? Bisakah ukuran itu kita capai sebagianya atau langsung seluruhnya? Cukup menantangkah ukurn itu? Proses mencapaianya seperti apa?
MEMPERBANYAK CARA
Setelah sasaran kita buat, maka yang perlu kita lakukan adalah memunculkan ide atau tindakan untuk menemukan cara yang bagus. Caranya antara lain :
- > Memunculkan banyak pertanyaan yang mendorong untuk maju dan mencerahkan batin. Jangan bertanya mengapa saya gagal dan orang lain sukses. Tanyakan sebanyak mungkin bagaimana supaya kita tidak gagal lagi, tidak kalah lagi dan seterusnya.
- > Mengamati orang lain yang sudah lebih bagus dari kita secara prestasi. Iri kepada orang lain atas nikmat yang mereka terima tentu dilarang. Tetapi iri yang bisa mendorong kita supaya menjadi yang lebih baik, tentu sangat dianjurkan. Nabi Muhammad menyuruh kitasupaya iri kepada orang kaya yang banyak kontribusinya dan orang yang berilmu menjadi bijak karena ilmunya.
- > Membaca buku-buku yang materinya pas dengan kebutuhn, keinginan, dan keadaan diri kita. Buku yang pas materinya dengan keadaan diri bisa memotivasi, memberi isnpirasi, dan mengasah kreativitas. Di atas semua itu, membaca buku bisa memperbaiki opini kita tentang diri kita.
Dengan memunculkan perasaan yang membuat kita merasa tertantang untuk mewujudkan tujuan itu, maka langkah kit akan terus mendapatkan dorongan maju. Para pemenang tidak menjadikan tantangan dan hambatan sebagai , tetapi sebagai pembangkit, motivator dan inspirator.
MENSYUKURI HASIL
Seluruh akibat dari perbuatn kita pada dasarnya disebut hasil entah itu kegagalan atau keberhasian. Pengertian mensyukuri di sini adalah menggunakan, mengaktifkan, mengembangkan sumberdaya yang sudah kita miliki atau hasil yang sudah kita dapatkan atau potensi yang sudah kita miliki untuk merih hasi yang lebih bagus.
Kegagalan yang kita “syukuri” dalam arti kita pelajari, kita gunakan materinya, dan kita jadikan sebagai sumber motivasi pasti akan membuakan hasil lebih bagus. Begitu juga dengan keberhasilan. Selama yang kita gunakan adalah syukur, maka ia akan membuahkan hasil yang bagus.
Kegagalan yang tidak kita syukuri, akan membuahkan hasil kegagalan yang lebih parah lagi. Keberhasilan yang tidak kita syukuri, akan mengantarkan kita pada kegagalan berikutnya. Khalifa ali bin abu thalib menggambarkan bahwa kesalahan yang membuat kita sadar itu jauh lebih bermanfaat ketimbang keberhasilan yang membuat kita lupa diri.
No comments:
Post a Comment