Ada juga bentuk keimanan yang tidak memberikan efek berarti bagi kita, bahkan menjadi demotivator. Seperti kata orang, iman itu bisa membuat hidup kita atau menjadi semakin hidup atau bisa juga sebaliknya, yakni membuat hidup kita mati.
Dalam agama ada larangan agar jangan sampai kita berbuat zalim terhadap diri sendiri dengan keimanan kita. Misalnya, kita tidak mau berusaha dengan alasan tuhan pasti akan memberi atau menjaga kita.
Ketik iman dijadikan sebagai tujuan, iman tidak akan menjadikan hidup kita semakin hidup. Kita beriman hanya untuk iman atau kita sudah merasa cukup beriman dengan yakin atau percaya. Karena merasa sudah cukup, lantas kita menyuruh iman kita supaya memberikan kekuatan, kesabaran, atau pencerahan kedalam batin kita. Ketika ternyata menurut kita iman tidak bisa memberi apa yang kita minta, lantas kita membuat penafsiran-penafsiran yang mengandung demotivator tentang iman.
Dengan kata lain, untuk kepentingan pendidikan, maka kita perlu menjadikan keimanan yang sudah ada sebagai jalan untuk meraih sasaran dan tujuan hidup. Di sini yang harus berperan aktif bukan imannya, melainkan kitanya.
Kitalah yang harus terdorong untuk mendapatkan pencerahan, motivasi, kekuatan, hikmah, dan lain-lain dengan keimanan itu, bukan menyuruh keimanan kita untuk memberi pencerahan, kekuatan atau hikmah. Tanpa pembuktian, iman juga kurang berpengaruh pada motivasi. Siapa yang harus menghadirkan bukti bagi iman kita? Tentu saja kita, bukan iman kita. Ketika kita mengimani bahwa hukum pembalasan akhir itu pasti benar, lalu kita buktikan melalui usaha yang terus menerus sampai kita berhasil, maka iman kita pada janji tuhan semakin kuat.
Iman al-ghazali menulis : iman itu diibaratkan sebuah bangunan. Layaknya bangunan, maka ia harus memiliki tiang sebagai penyangga. Apa itu tiang keimanan? Tiangnya adalah keyakinan dan kesabaran.
Untuk membuktikan ucapan mulut yang mengatakan bahwa kita punya potensi, janji tuhan itu benar, dan di dunia ini ada kebenaran yang nyata, maka di butuhkan keyakinan yang kuat dalam praktik hidup sehari-hari. Untuk membuktikan kebenaran dari apa yang kita yakini itu, dibutuhkan kesabaran dalam menunggu hasil akhir dan kesabaran dalam menghindari hal-hal yang bisa menggagalkan usaha kit. Tanpa kesabaran, iman kita akan dikalahkan oleh kenyataan.
TUJUH LANGKAH PENTING
Agar keimanan yang sudah kita miliki itu bisa memberikan energi atau motivasi dalam praktik hidup, saya pikir tujuh langkah di bawah ini menjadi sesuatu yang sangat mendasar :
Pertama, menyucikan pandangan dan pikiran terhadap tuhan.
Bagaimana caranya? Terkadang kita punya pandangan, pikiran, atau unek-unek yang kurang positif terhadap tuhan. Biasanya, pandangan dan unek-unek yang demikian muncul ketika kita tertimpa nasip buruk, gagal, merasa tidak diberi nikmat sebanyak yang kit inginkan, dan lain-lain.
Perlu kita sadari, ketikan pandangan seperti ini dibiarkan, maka lama kelamaan akan membentuk sebuah kesimpulan negatif tentang tuhan. Ketika kesimpulan negatif ini sudah terbentuk, maka akibat negatifnya bukan kepada tuhan. Tuhan tidak mungkin menjadi negatif gara-gara kita. Yang akan negatif adalah diri kita.
Supaya pandangan dan unek-unek tidak membentuk kesimpulan negatif, maka tugas kita adalah menghentikan dan menggantinya dengan yang positif. Ciptakan berbagai pandangan dan pikiran yang positif tentang tuhan. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk sering-sering mengucapkan “maha suci tuhan”. Artinya, agr kita sadar bahwa tuhan itu bersih dari atribut atau citra negatif yang kita bikin sendiri.
Seperti kisah paksuyanto yang sudah kami bahas sebelumnya, ketiga usahanya berkali-kali gagal, dia tidak lantas putus asa an berkesimpulan bahwa tuhan telah menutup pintu rahmatnya. Sebaliknya, pak suyanto malah berkesimpulan : tuhan punya rencana yang lebih baik untuk dirinya. Memang, dengan pandangan yang demikian nasib kita tidak langsung berubah. Pandangan positif kita butuhkan untuk mendorong pandangan positif. Tindakan positif inilah yang kan mengubah nasib menjadi positif.
Kedua, tingkatkan kualitas doa.
Tentu kita sudah tahu apa itu doa dan bagaimana berdoa. Ada satu hal yang perlu diingat. Meskipun semua orang bisa berdoa. Ada satu hal yang perlu diingat. Meskipun semua orang bisa berdoa, tetapi efek dari doa itu bukan karena doanya atau bukan karena redaksi doa yang kita gunakan.
Anda bisa berdoa dengan bahasa apapun. Lalu karena apanya? Yang membentuk effek doa seseorang adalah bagaimana orang itu berdoa. Kita “bagaimana” di sini artinya adalah kualitas. Kalau anda berdoa setengah hati, effeknya juga setengah.
Do yangg efeknya kuat adalah doa yang kita ucapkan dengan sepenuh hati, penuh harapan, penuh kosentrasi, penuh penghayatan, dan menciptakan kondisi diri seperti “mengiba” dengan penuh harapan, penuh “ketakutan”, dan sepenuh hati.
Selain karena kualitas, efek doa juga diciptakan dari apa yang kita lakukan setelah berdoa. Jika kita berdoa agar terhindar dari bahaya, depresi, atau semisalnya, tetapi yang kita lakukan adalah praktik-praktik yang membuat kita ekat dengan bahaya dan depresi, tentu saja ini tidak berefek. Artinya, belum ada keserasian antara doa dan praktik yang kita jalankan.
Secara sains telah teruji bahwa doa punya efek kejiwaan yang sangat positif. Karena, doa akan memberikan harapan adanya sesuatu yang lebih baik. Orang yang punya optimisme, visi, cita-cita, dan keinginan, maka hidupnya tidak mudah kalut, larut dan tenggelam dalam kenyataan hari ini (realitas). Selain itu, doa juga mendatangkan kedekatan dan rasa kebersamaan. Dua hal ini penting untuk menjalani hidup. Kalau kita merasa tidak bersama siapa-siapa, tidk dekat dengan siapa-siapa, maka kendali mental kita gampang runtuh dlam menghadapi kehidupan. Tapi kalau kita merasa dekat dengan tuhan, merasa dimiliki oleh tuhan, maka kendali batin kita semakin kuat.
Ketiga, banyak mengingat tuhan.
Artinya, kita ingat pada apa yang diperintah, apa yangg dilarang, apa yang ditetapkan, apa yang dijanjikan, dan apa saja rambu-rambu hidup ini. Perlu kita sadari :sebagian besar manusia menjadi celaka, terpuruk, atau tersesat bukan karena tidak tahu, tetapi karena lupa atau tidak ingat.
Karena itu, jangan heran kalau menjumpai orang yang menyesal setengah mati setelah melakukan kejahatan atau tindakan-tindakan yang negatif. Penyesalan muncul setelah orang itu sadar. Dengan mengingat tuhan, maka hidup kita akan terkontrol atau cepat-cepat sadar dan cepat eling. Kalau sudah terkontrol, maka langkah kita juga semakin mantap.
Yang membuat kita lengah atau lupa itu adanya karena kita itu menaati suara-suara setan di dalam diri. Suara setan ini adalah lawan dari suara tuhan. Suara tuhan adalah suara-suara yang mendorong kita untuk semakin dekat dengan hal-hal yang baik.
Sebaliknya, suara setan adalah dorongan yang memotivasi kita untuk jauh dari hal-hal yang baik (pikiran yang baik, sikap yang baik, dan tindakan yang baik). Biasanya, suara-suara setan itu masuk kedalam diri kita melalui pintu yang bermacam-macam. Semakin lama kita lupa tuhan, semakin terbiuslah kita dalam jeratan setan.
Pintu-pintu yang sering digunakan setan masuk ke jiwa itu antara lain sebagai berikut :
- Ambisi yang berlebihan dan prasangka buruk kepada tuhan.
- Hanyut dalam gemerlap duniawi.
- Merasa lebih dari orang lain, llalu sombong, arogan, dan lupa diri.
- Menganggap kecil sebuah dosa sehingga enggan bertobat.
- Riya’ (haus pujian atau takut celaan)
Waktu pendekatan setan
- > Adaptatif. Setan itu pandai beradaptasi dengan keadaan kita. Setan yang menggoda orang kaya, berbeda dengan seta yang menggoda dengan orang miskin. Setan yang menggoda orang kaya biasanya boros, sementara setan yang menggoda orang miskin, biasanya malas bekerja.
- > Fleksibel. Artinya, banyak cara yang digunakan setan untuk menggoda dan merayu kita. Jika satu cara gagal, ia akan mencoba cari cara lain, seperti yang pernah digambarkan dalam kisah adam dan hawa di surga.
- > Halus. Artinya, sulit dibedakan mana yang benar dan mana yang salah karena saking tipisnya perbedaan itu. Sepertinya benar kalau kita enggan bersedekah ketika dalam keadaan miskin atau sulit. Sepertinya benar kalau kita takut miskin gara-gara sedekah, dan lain-lain.
Keempat, menaati ajaran agama.
Agama adalah jalan menuju tuhan. Jika agama yang kita peluk tidak bisa mengantarkan kita menuju tuhan, berarti yang salah bukan agamanya, tetapi pemahaman kita tentsng agama.
Di dalam agama, ada regulasi yang bisa kita jalankan sebagai upaya pendekatan terhadap tuhan. Misalnya, ibadah formal dan non formal, doa, zikir, sedekah, dan lain-lain. Untuk indonesia, semua orang sebetulnya sudah punya agama. Yang selalu menjadi persoalan itu bukn soal punya atau tidak punya, melainkan kualitasnya.
Ada orang yang menjalankan ajaran-ajaran agama hanya sebatas dogma belaka, tetapi miskin pemaknaan. Ada orang yang merasapemahaman agamanya paling benar, tetapi hanya digunakan untuk menjelek-jelekkan pemahan agama orang lain, bukan untuk memperkuat keimanan. Yakinilah kebenaran agama anda, tapi gunakan untuk memperkuat keimanan.
Kelima, mengambil makna positif dari kejadian.
Berbagai peristiwa yang muncul setiap hari bisa kita gunakan untuk mendekatkan pada tuhan, dan bisa pula kita gunakan untuk menjauhkan diri dari tuhan. Ini bukan tergantung peristiwanya, melainkan tergantung pada makna yang kita ciptakan.
Jika musibah kita maknai positif, akan mendekatkan kita pada tuhan. Tapi jika dimaknai negatif, malah akan menjauhkan kita darinya. Realitas itu bisa membuat orang cerah dan bisa pula membuat orang gelap. Ini tergantung kitanya.
Keenam, ikhtiar kreatif. Ikhtiar itu artinya memilih yang baik. Pilihlah pikiran yang baik, sikap yang baik,tindakan yang baik, cara yang baik, dan usaha yang baik. Untuk bisa memilih yang baik ini, biasanya dibutuhkan kreativitas.
Iman yang punya hubungan dengan krativitas. Orang yang kreatif adalah orang yang meyakini bahwa rahmat tuhan itu ada di mana-mana. Jika tidak menemukann rahmat tuhan di suatu tempat, tidak lantas putus asa, melainkan mencarinya ke tempat lain.
Dengan begitu, langkah kita menjadi pede. Kalau kita melamar pekerjaan dan di tolak, ini bisa membuat kita tetap pede dan bisa pula membuat kita malah semakin gamang. Supaya kita tetap pede, dibutuhkan keimanan dan kreativitas.
Ketujuh, berkumpul dengan orang-orang yang berpikir positif. Temukan orang lain yang hidupnya positif, lurus, dan “menyedaokan pandangan”. Untuk apa? Agar kita bisa mencontoh, agar kita mendapatkan pelajaran. Orang lain memang tidak bisa menyulap diri kita menjadi siapapun dan apa pun. Tetapi, orang lain terkadang mendorong, mengilhami, dan menularkan sesuatu kepada kita.
Kata nabi, bergaul dengan orang baik itu laksana berdekatan dengan penjual minyak wangi. Setidak-tidaknya kita akan kena baunya. Bergaul dengan orang yang tidak baik itu laksana berdekatan dengan tukang besi. Walaupun kita tidak melakukan apa-apa, tapi kita terkena asapnya.
Bergaul dengan orang jahat itu, kata kahlil gibran, laksana berdiam di pinggir api. Meski tak sempat terbakar, tapi kita pasti terkena panasnya. Bergaul dengan orang baik itu laksana berkebun di kebun bunga. Meski tak sempat memetiknya, pasti kita terkena wanginya.
Kata motivasi :
“Tanpa keimanan yang kuat, langkah kita mudah terhenti oleh keadaan buruk yang sifatnya sementara dan mudah menyimpang oleh keadaan oke yang sifatnya sementara pula.”
“hidupmu tidak akan berubah oleh nasib, tetapi akan beerubah oleh perubahan yang kamu lakukan”
“sak bejo-bejaning wong kang lali isih luwih bejo wong kang eling. Seuntung-untung orang yang lupa diri tidak mungkin lebih beruntung dari orang yang ingat.”
No comments:
Post a Comment