Memperbaiki Persepsi
Diotak-atik menggunakan teori apapun, di bahas dengan ayat manapun, kegagalan tetaplah kegagalan : rasanya tidak enak, kedatanganya tidak kita inginkan, dan mengharap kedatanganya juga dilarang.
Namun demikian, hidup kita lebih sering berurusan dengan bgaimana kita menghadapi kenyataan, entah itu pahit atau manis, lalu mengolahnya supaya yang manis bertambah manis dan yang pahit bisa menjadi manis.
Untuk mengolah itu dibutuhkan persepsi yang sehat. Persepsi memang tidak bisa mengubah apa-apa, tetapi untukmengolah hal yang pahit supaya bisa menjadi manis.
Untuk mengolah itu dibutuhkan persepsi yang sehat. Persepsi memangtidak bisa mengubah apa-apa, tetapi untuk mengolah hal yang pahit supaya menjadi manis, dibutuhkan persepsi yang sehat.
Terkait dengan masalah persepsi ini, ada yang memandang kegagalan sebagai sebuah konsekuensi yang mengandung materi untuk dipelajari guna meraih keberhasilan yang kita inginkan.
Sementara ada juga yang memandang kegagalan sebagai sebuah peristiwa luar biasa yang sebab-sebabnya di misterikan. Artinya, kita tidak ingin tahu apa sebabnya dan bagaimana supaya itu tidak terjadi lagi. Bahkan, ada yang memandang kegagalan sebagai siksa dari tuhan yang datang dari satu paket yang disebut takdir atau nasib dan sudah tidak bisa diotak-atik lagi.
Seperti apakah persepsi yang sehat itu bisa dijelaskan? Persepsi yang sehat adalah pandangan-pandangan yang dapat mempositifkan, mencerahkann pikiran, perasaan, dan hati, yang dapat mendorong kita supaya mengambil tindakan positif semacam kegagalan maju, berani gagal dan tak takut sukses, atau tetap menolak menjadi orang yang gagal meski thuusaha kita gagal.
Thomas alva edison mengajarkan begini : “ada tiga hal mendasar untuk mencapai segala yang anda inginkan, yaitu usaha sungguh-sungguh, konsentrasi yang memfokus, dan menggunakan akal sehat.” akal sehat saat menghadapi kegagalan menjadi penting.
Mahatma gandi berpesan, “jagalah muatan pikiranmu agar tetap positif, karena muatan itu akan menjadi muatan’ jagalah ucapan,u supaya tetap positif, karena ucapan itu akan enjadi perilaku. Jagalah perilakumu, karena perilaku akan menghasilkan kebiasaan. Jagalah kebiasaanmu, karena kebiasaan akan menjadi seperangkat nilai-nilai yang kamu yakini benar. Jagalah nilai-nilai itu, karena nilai itu akan mencetak nasib.”
Kontrol emosi
Kegagaln bisa digunakan sebagai dorongan untuk meraih keberhasilan dan dorongan untuk menjadi orang gagal. Dari kegagalan itu bisa kita ciptakan kegagalan maju dan kegagalan mundur.
Dari kegagalan, bisa kita ciptakan keberanian untuk sukses dan bisa kita ciptakan ketakutan untuk sukses. Semua itu tergantung pilihan kita. Life is choice. Yang tidak bisa kit pilih adalah konsekuensi pilihan kita.
Pertanyaanya, adakah orang yang sengaja menjadi orang yang gagal? Adakah orang yang sengaja menciptakan kegagalan mundur? Adakah orang yamg ingin terkena penyakit takut sukses.
Pasti tidak ada. Semua orang ingin berhasi, namun jika dalam praktiknya kita temukan banyak hal yang bertentangan, tentu ini ada penyimpangan. Lalu, apa yang menyebabkan penyimpangan itu? Salah satunya adalah lupa, tidak sadar, lengah, atau dikuasai oleh ledakan emosi pertama yang dipenuhi hawa nafsu, dilanjutkan dengan memunculkan emosi kedua, ketiga, dan keseribu dengan bentuk yang sama.
Atas alasan inilah, maka diperlukan pengontrolan emosi. Biarpun kita menginginkan keberhasilan tetapi kalau emosi kita di kontrol oleh hawa nafsu, bukan di kontrol oleh kesadaran, maka keinginan kita itu akan kalah oleh hawa nafsu itu.
Mengontrol artinya kita yang menguasai, kita yang mengatur, kita yang menyuruh, kita yang melarang. Dengan begitu, kita akan punya pilihan untuk menciptakan emosi kedua yang memperbaiki batin, bukan malah memperburuk diri kita.
Meskipun kita tetap kesal, kecewa, dan terluka pada saat usaha kita gagal, tetapi kekecewan, kekesalan dan trauma itu tidak berlanjut terlalu lama atau selamanya. Meskipun kita tetap jengkel apabila ada orang lain yang mengagalkan usaha kita, tetapi kejengkelan itu tidak sampai menggelapkan diri kita. Beberapa studi ilmiah menemukan, yang sering membuat orang gagal untuk kedua sampai keseribu kalinya setelah mengalami kegagalan pertama antara lain :
- > Memperpanjang perasaan buruk kepada diri sendiri.
- > Membiarkan ketakutan sehingga tak berani lagi.
- > Membiarkan kekesalan mengalahkan keinginan.
- > Membiarkan keragu-raguan mengalahkan keyakinan.
- > Membiarkan keras kepala mengalahkan kemauan keras untuk maju.
Nabi juga pernah berpesan : keperkasaan akan dibuktikan dengan kemampuan kita menguasai diri pada saat marah. Marah adalah hal yang manusiawi. Ia akan berguna kalau kita bisa menguasai diri, tetapi akan membahayakan apabila kita dikuasai hawa nafsu saat marah.
Jalankan beragam opsi
Untuk menjadikan kegagalan sebagai sumber motivasi dan sumber aksi dalam meraih keberhasilan yang kita tuju, maka kita perlu membuka pikiran dengan berbagai pilihan dan opsi.
Ada banyak cara untuk mencapai tujuan. Ada banyak pintu untuk memasuki rumah. Ada banyak jalan untuk mencapai sasaran. Karena itu, jangan sampai kita digelapkan oleh satu cara yang sudah nyata-nyata gagal, satu jalan yang sudah nyata-nyata buntu, dan satu pintu yang sudah nyata-nyata tertutup.
Cara yang bisa kita lakukan antara lain :
- > Memunculkan banyak pertanyaan yang mmembangkitkan, mencerahkan, dan mendorong kita untuk mendatangkan jawaban positif.
- > Membaca buku, majalah, atau materi yang bermanfaat sesuai dengan keadaan kita hari ini.
- > Melihat orang lain sebanyak mungkin dan menyerap pelajaran positif dari mereka.
Intinya, AL-quran berpesan agar kita menggunakan atau memenangkan akal sehat ketimbang hawa nafsu. Al-quran mengingatkan :
“HAI DAUD, SESUNGGUHNYA KAMI MENJADIKAN KAMU KHALIFAH (PENGUASA) DI MUKA BUMI, MAKA BERILAH KEPUTUSAN (PERKARA) DI ANTARA MANUSIA DENGAN ADIL DAN JANGANLAH KAMU MENGIKUTI HAWA NAFSU, KARENA IA AKAN MENYESATKAN KAMU DARI JALAN ALLAH. SESUNGGUHNYA ORANG-ORANG YANG SESAT DARI JALAN ALLAH AKAN MENDAPAT AZAB YANG BERAT, KARENA MEREKA MELUPAKAN HARI PERHITUNGAN.” (QS. Shad : 26).
No comments:
Post a Comment